Sabtu, 02 April 2011

Pelajaran Bahasa Inggris

Akhirnya, kurengkuh lagi laptopku dan kuisi lagi ruangku ini dengan cerita..

Dulu, aktifitasku selain berada di bangku kuliah adalah mengajar privat.
Tawaran dari guru lesku untuk mengajar di tempat lesnya (yang juga tempat les bahasa Inggris ku dulu) datang menghampiriku di suatu sore 2007. Dan itu menjadi permulaan kecintaanku akan mengajar.
Awalnya, tentu aku ragu menerima tawaran ini, karena bagiku ini merupakan sungguh-sungguh hal baru. Mengajar? Apakah aku bisa?

Akhirnya kuputuskan untuk mencoba. Tak ada salahnya bukan. Kalau pun dirasa tidak mampu dan tidak nyaman, ya mundur saja.

Agak pusing awalnya. Bingung caranya untuk mengajar. Karena aku harus bisa meng-handle anak agar mau belajar. Kucoba merayu dengan games, agar semangat. Dan itu cukup ampuh, walaupun bersifat temporer, karena setelah permainan berakhir, nyatanya semangat pun ikut berakhir.

Akupun tentunya juga pernah terpancing emosi karena tak kuat lagi. Ketahuilah kawan, aku bukanlah orang yang memiliki kemampuan persuasive tingkat ulung. Dan aku tidak sesabar itu. Saat itu bujukan ku rasanya sudah tidak mempan lagi macam cacing kremi kebal terhadap Combantrin. Aku habis akal.

Tapi dari sini aku mendapat banyak pengalaman dan hal-hal baru. Aku jadi tau bahwa ternyata aku suka mengajar. Ada semacam kepuasan batin kalau ternyata yang aku ajarkan bisa diserap dan menjadikannya dari tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa. Aku sendiri pun juga jadi belajar. Aku tentu sudah banyak lupa pelajaran waktu aku SD atau SMP dulu. Kubaca lagi dan kupelajari. Metode baru pun kujumpai. Kawan mungkin ingat dengan pohon faktor, nah, sekarang itu ada yang namanya metode tusuk sate. Tujuannya sama, untuk mencari KPK dan FPB. (Masih ingat?)

Akupun juga jadi lebih mengenali diriku sendiri. Aku merasa berspesialisasi di bidang matematik. Mengerjakan soal matematik, rasanya ada keasyikan tersendiri. Matematika itu unik, sebab bila kita sudah menguasai satu rumus saja, mau dibolak-balik macam apapun soal itu, tidak jadi masalah. Dan kita bisa menggunakan rumus apapun untuk mengerjakan sebuah soal, asal tujuan atau hasilnya benar, tidak jadi masalah. Sama seperti kita hendak ke sekolah, kita bisa melalui berbagai jalur. Dari rumah bisa naek ojek langsung menuju sekolah, atau naik kendaraan umum, atau bisa juga dari rumah ke Ciputat dulu naik bis, lalu ke Surabaya naik pesawat terbang, baru balik lagi ke sekolah naik kereta. Tujuannya sama-sama tercapai bukan?
 
Tapi bukan berarti aku jenius mengerjakan matematika. Aku pun juga sering mentok dan akhirnya frustasi. Biasanya aku yang ngerjain matematika kok sekarang gantian matematika yang ngerjain aku. Apalagi kalau sudah kuhitung berkali-kali dan kucoba temukan jawabannya, tapi tidak juga ketemu. Dan dari sekian pilihan jawaban a, b, c, dan d itu, memang tidak ada jawabannya. Kalau sudah begitu, marilah saudara-saudara, kita bakar saja buku itu bersama-sama. Haha..

Aku senang mengajar orang yang benar-benar mau belajar, setidakbisa apapun dia, asal mau untuk bisa, pasti kubantu sebisaku. (Hehe, tipe yang pemilih ya?)

Kuingat di kampus dulu, aku pernah mengajar kawan-kawan sekelasku pelajaran bahasa Inggris. Aku ingin memajukan kemampuan kawan-kawanku dalam berbahasa Inggris. Berbekal LKS (Lembar Kerja Siswa) adikku yang saat itu kelas 2 SMA, kuajak temanku belajar bersama-sama. Bagiku, sesedikit apapun bekal ilmu yang kumiliki, aku senang kalau bisa membaginya sehingga bisa bermanfaat buat orang lain.

Sekarang aku tidak mengajar lagi. Aku pernah menawarkan diri (baca: melamar) mengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar, tapi tidak cocok dengan jam kursus disana dikarenakan aktifitasku sekarang menuntut waktuku dalam porsi yang lumayan besar. Tapi aku tetap berharap suatu saat aku dapat mengajar lagi. Mungkin privat akan lebih flexibel waktunya bagiku.

Walupun sudah tidak mengajar, namun spirit mengajar itupun masih tetap terbawa sampai sekarang. Seperti kuliah dulu, di tempat kerjaku pun, aku juga termotivasi untuk mengajar. Aku ingin mengajak kawanku sejenak keluar dari aktivitas rutin dan kembali meng-upgrade kemampuan bahasa Inggrisnya. Walaupun kupikir mungkin ilmu yang kumiliki tidak ada apa-apanya. Tapi aku tetap mencoba. Kali ini berbekal buku TOEFL, aku melangkah.

Aku sering bermimpi, ingin rasanya aku bisa mendidik seorang anak yang akan mengikuti Olimpiade matematika di sekolahnya, lalu akhirnya ku membayangkan berhasil membawa anak tersebut menuju kemenangan. Alangkah bahagianya.

3 komentar :

  1. semoga mimpimu menjadi kenyataan ya nita ssyaang :D

    BalasHapus
  2. wahh nita,.yang d ajarin pke LKS itu kan dy, ri2, n wty,..HHhhEee,..jd kgn maU d ajarin lg sm nita. dy jg ska ngajar nit, makanya dy pgn bgd jd dosen, pgn jd aslab tp wktunya jg sdh tdk memungkinkan, kenangan yg indah wlp sekedar menjadi KP, tutor, dan asbaR, knp dl g dftr jg jd aslab??

    BalasHapus
  3. @ uci : makasih ya uci sayang.

    @ dy : hehe, iya betul. dulu mang udah sempet ikutan tes aslab, cumanya gagal di tes terakhir. dan akhirnya mutusin untuk fokus di ngajar privat ajah

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...