Sabtu, 3 Mei 2014 aku pergi bertualang ke Erasmus Huis,
sebuah pusat kursus bahasa Belanda di daerah Jakarta yang masih satu kompleks dengan
kedutaan Belanda. Hari ini disana ada acara Europe On Screen, yang merupakan acara
tahunan untuk memutarkan film-film Eropa terbaik. Film Eropa saya rasa berbeda
dari film buatan Amerika karena memiliki alur yang kadang sulit dicerna dan
bertempo lambat. Ajang EOS ini bisa jadi adalah ajang untuk berburu nonton film
gratisan yang diadakan tiap tahun. Perjalanan dimulai sekitar pukul 9. Aku
berangkat dari rumah dengan dandanan yang sudah keceh abiz, hehe.. Sebelumnya aku
memastikan petualanganku kali ini akan ditemani dengan rekanku Riny, yang bersama diriku ke
Jogja tahun lalu. Ia berangkat dari rumahnya yang berada di Jakarta Utara.
Sekitar pukul sepuluh, ketika aku baru duduk di dalam bis Bekasi – Tanah Abang
untuk menuju komdak, whatsapp ku pun berbunyi. Rupanya Riny mengabari bahwa ia sudah
sampai di Erasmus Huis, tempat pemutaran film tersebut berlangsung. Memang jalanan di
Sabtu pagi itu cukup lengang, jadi perjalanan Riny pun bisa cepat sampai.
Ia bilang memang kalau jalanan Jakarta di hari libur seperti Sabtu ini memang akan
“tandus” karena Jakarta kan memang daerah perkantoran. Jadi di hari libur, aktivitas di jalanan pun pasti tidak akan semacet hari kerja.
Aku pun tiba di Erasmus
sekitar pukul 10.30 dan tidak terlalu sulit untuk menemukan tempatnya. Aku naik
kopaja 66 dari komdak lalu bilang ke sopir dan keneknya untuk minta diturunkan
di kedutaan India yang terletak bersebelahan dengan Kedutaan Belanda. Orang
sana sepertinya lebih familiar dengan kedutaan India karena film-film Indianya.
Kalo gak salah, disana juga suka diputar film-film India dan masyarakat umum
boleh menontonnya secara gratis lho. Setelah turun dari kopaja, akupun segera
mencari pintu masuk dan bertanya ke satpam juga untuk memastikan. Ia menanyakan
tujuan kedatanganku, dan setelahnya mempersilahkan aku masuk. Sebelumnya aku
harus melalui pemeriksaan metal detektor dan scanning tas. Memang ketat sekali
ya, namanya juga kedutaan, so pasti mesti ketat. Setelah melalui pemeriksaan
aku pun dipersilahkan masuk ke area Erasmus Huis. Ada dua pintu masuk disana. Kalo
ke kanan itu ke gedung pusat bahasanya yaitu Erasmus, sementara kalo ke kiri
itu untuk menuju kompleks kedutaan Belanda. Setelah itu aku langsung bertemu
dengan temanku Riny yang sedang duduk santai di bangku taman. Disana banyak sekali
bangku untuk duduk-duduk santai. Aku dan Riny pun langsung ngobrol-ngobrol
sembari menunggu antriannya dibuka.
Ada si kodok yang bikin gemes..
Ini dia pusat bahasanya, Erasmus Taalcentrum..
Tamannya luas dan tertata rapi.
Di bagian belakang terdapat ruang terbuka yang bisa dijadikan sebagai area pertunjukan seni dan orkestra.
Selfie mode on
Area Open Air Screening
Area ini sudah disiapkan untuk gelaran nonton bareng EOS nanti malem.
Sembari menunggu antrian dibuka, aku dan Riny berkeliling di dalam
ruang pameran dan melihat ada sebuah perpustakaan. Saat aku mau masuk ke dalam
ruang perpusnya, tiba-tiba ibu penjaganya menegorku. Ia mengatakan kalo yang
bisa masuk ke dalam hanya anggota perpustakaannya saja. Dan jika ingin menjadi
anggota perpusnya cukup membayar biaya keanggotaan sebesar 30 ribu rupiah saja
kalo tidak salah. Lalu aku dan Riny jadi mengurungkan niat untuk melangkahkan
kaki masuk ke dalam ruang perpustakaan itu. Kami berjalan-jalan di dalam ruang
pameran dan melihat berbagai foto yang sedang dipamerkan. Kali ini tema
pamerannya adalah “Memories from Borneo”. Foto-foto tersebut diambil oleh ahli
geologi Swiss bernama Wolfgang Leupold dan mengambil setting foto-foto
Kalimantan dari tahun 1921-1927. Aku dan Riny jadi banyak berdiskusi
tentang foto-foto ciamik yang dipamerkan disana.
Me and Riny
Setelah itu pintu antrian pun
dibuka, dan kami melakukan proses registrasi dengan mencatat nama kami di buku
pengunjung. Satu tiket hanya untuk satu penonton. Itulah aturannya. Jadi tidak
bisa nitip-nitip. Setelah itu kami memilih bangku yang paling nyaman dan mulai
menonton film pertama yaitu Ernest dan Celestine. Film kartun dari Perancis ini memang yang menjadi incaranku. Dan benar ternyata, film ini benar-benar
menghibur kami semua yang nonton dan memberi pesan moral yang dalam tentang
arti sebuah persahabatan. Gambarnya pun dibuat sederhana seperti lukisan cat
air yang kita lihat kalo kita sedang
membaca sebuah buku gambar. Sederhana tapi bagus. Jalan ceritanya juga gak
membosankan. Walaupun di tengah-tengah terdapat kesalahan teknis yaitu
gambarnya yang macet dan lumayan bikin kecewa, tapi itu tidak terlalu kami
pikirkan lagi. Terbukti di akhir filmnya, kami semua yang nonton memberikan
tepuk tangan yang gemuruh sebagai apresiasi untuk film tersebut. Dan aku pun
juga jadi mendownloadnya sepulang dari sana. Karena aku ingin nonton lagi film yang
bagus dan lucu itu.
Suasana di dalam teater sebelum film diputar.
Beberapa warga asing juga menjadi penonton dalam ajang Festival Film Eropa ini.
Salah satunya berada di depan kursi kami. ^^
Sebelum nonton, foto-foto lagi dunk!
Setelah film pertama selesai, dilanjutkan dengan jeda istirahat selama
satu jam sebelum memasuki film kedua. Aku dan Riny pun segera mencari makan di
luar, karena perut ku sudah keroncongan. Kami berjalan menyusuri pinggiran
jalan di sekitar area kedutaan Belanda tersebut. Finally, kami hanya menemukan
tukang mie ayam dan ada juga tukang siomay yang nangkring tepat di depan
gedung. Sebenarnya ada restoran Hema (restoran masakan Belanda) yang terletak di dalam
area kompleks Erasmus, tapi kami memutuskan untuk makan mie ayam yang di pinggir
jalan saja (murmer ciiinnnn...)
Ada restoran HEMA di dalam kompleks kedutaan ini.
Setelah kenyang, kami masuk lagi ke dalam gedung itu untuk
menunggu sampai antrian film kedua di buka. Ketika kami sedang duduk-duduk di
salah satu kursi di halaman gedung dekat Hema, kami dihampiri oleh seorang
wanita. Rupanya wanita itu adalah salah satu dari staff festival film tersebut.
Dia memberi tau kepada pengunjung yang sedang menunggu di luar untuk masuk ke dalam
gedung, karena antrian filmnya sudah akan dibuka. Kami masuk ke dalam gedung dan setelah mengantri tiket, kami lihat ternyata ruang di sebelah teater tersebut pintunya dibuka. Para pengunjung festival juga dipersilahkan masuk. Wow, ternyata di dalam disediakan jamuan makanan ringan dan minuman untuk para pengunjung. Ada roti seperti roti prancis yang atasnya
di beri hiasan krim gitu. Aku juga kurang tau namanya apa, tapi yang jelas makanan
itu tersaji dalam porsi bisa dimakan satu suapan masuk ke dalam mulut. Ada juga anggur hijau yang rasanya manis. Untuk minumannya aku pun tidak kalah
bereksperimen. Disana tersaji wine dan jus jeruk. Aku pun mencoba wine untuk pertama
kali. Rasanya pait dan setelah meminumnya membuat tenggorokan ku terasa hangat. Tapi
bagi peminum non alkohol, bisa minum jus jeruk buavita yang tersaji disana.
Kalo aku sih minum dua-duanya, mumpung gratis, hehe.. Oh iya, acara ini berarti bisa jadi ajang
berburu wine gratisan juga ya selain untuk nonton gratisan. Mantaps! Hehehe..
Disana juga banyak kulihat kaum ekspatriat yang menjadikan event EOS ini sebagai ajang kumpul-kumpul. Kulihat para bule tersebut meneguk gelas wine itu
dengan asik, karena minum wine kan memang sudah jadi kebiasaan di negara mereka untuk menghangatkan badan. Dan sebenarnya aku pun
ingin foto-foto makanannnya juga, tapi jadi agak malu, karena di jamuan itu
banyak orang-orang asingnya. Tapi akhirnya satu dua jepret sih dapet. Cuman
sayang, pengen foto botol winenya belum kesampaian. Huah..
Para ekspatriat juga menjadikan EOS 2014 ini sekalian sebagai ajang gathering mereka.
Aku cobain ini juga lho. Ada yang tau namanya apa ??
Setelah selesai dijamu dengan makanan ringan dan minuman, film kedua pun
dimulai dan kami pun segera masuk ke dalam teater. Film kedua bercerita
tentang autobiografi seorang tokoh pembela hak tenaga buruh di Polandia. Karena
semi dokumenter gitu, jadi ceritanya lumayan berat. Tidak seperti film
anak-anak yang lucu nan menghibur tadi. Walaupun begitu, ada beberapa part dari
jalan ceritanya yang menggelitik dan membuat tertawa juga. Setelah filmnya berakhir sekitar pukul setengah 5 sore, kami pun langsung beranjak pulang menuju rumah
kami masing-masing. Aku dan Riny menghabiskan waktu yang menyenangkan hari itu. Petualangan
main ke Erasmus Huis, nonton dan makan gratisan ini pastinya tidak akan
kulupakan. Btw, minggu depannya pun aku kembali mengunjungi festival film Eropa
di Goethe Institut yang terletak di daerah Menteng. Festival film ini merupakan acara tahunan
yang diadakan sekitar semingguan saja. Jadi ketika ada kesempatan dan ada
waktunya, pastinya tidak akan kulewatkan. Di Goethe House yang
merupakan tempat kursus bahasa Jerman tersebut, kami nonton dua buah film lagi seperti minggu
lalu. Yang pertama itu film anak-anak yang menghibur, dan yang satunya lagi adalah film dokumenter. Senangnya,, pengalaman nonton EOS berhasil juga kesampaian tahun ini. ^^
Berfoto di depan plakat Erasmus Huis gak boleh ketinggalan dong..
EOS 2014, thank you.. !!
Hasil rampokan disana.. :p
Ernest & Celestine dan Walesa.
Dua film berkualitas dari sekian banyak film terbaik yang diputar di ajang EOS 2014
Bulan depan bakal ada
kidsfest lagi nih kawan yaitu festival
film Eropa yang memutarkan khusus film anak-anak. Mudah-mudahan bisa dateng lagi dan menonton film yang bagus-bagus seperti tahun
kemarin. Amin.
Cheers,
Nita