Minggu, 30 Desember 2012

Dragon Zakura

Ketika mengerjakan soal pilihan ganda hanya ada satu jawaban yang benar. Tapi beda dengan hidup, dalam hidup, ada banyak jawaban yang benar, dan semuanya tergantung pada pilihan kita sendiri. Yang penting kita serius dan pantang menyerah dalam ngejalaninnya

-Dragon Zakura
(Recommended!)

Senin, 03 Desember 2012

Pekan Produk Kreatif Indonesia 2012

Tanggal 21-25 November 2012 yang lalu, diadakan event Pekan Produk Kreatif yang bertempat di Epiwalk Kuningan Jakarta. Dengan mengambil tema “YANG MUDA YANG BERKREASI”, event tersebut terdiri dari berbagai rangkaian acara di bidang ekonomi kreatif yang meliputi seminar, temu pakar, dialog forum, pameran, lokakarya, lomba, workshop, dan lain-lain. Event ini saya tau ketika tidak sengaja nonton Metro TV, dimana Bu Mari Elka Pangestu dan Dennis Adishwara sedang  mempromosikan acara tersebut dan yang lebih menarik lagi adalah karena di acara tersebut nanti juga turut menguindang pembicara international dan GRATIS lagi, hehehe.. Ada 15 bidang dalam ekonomi kreatif ini yang akan ditingkatkan terus kedepannya, yaitu:
1. Arsitektur
2. Desain
3. Fesyen
4. Multimedia
5. Kerajianan
6. Musik
7. Tekhnologi Informasi
8. Permainan Interaktif
9. Seni Rupa
10. Penerbitan dan Percetakan
11. Periklanan
12. Riset dan Pengembangan
13. Kuliner
14. TV+Radio
15. Seni Pentas

Saya sendiri mengikuti acara yang seminar international ekonomi kreatif pada hari Kamis, 22 Nov 2012 dan seminar konten digital international pada hari Jumat, 23 Nov 2012. Karena yang seminar hari Jumat saya datengnya udah kesorean, jadinya cuma mengikuti presentasi bagian terakhirnya saja. Hari jumat itu saya sempat melihat Koubon Shizuno lho (sutradara detektif Conan The Movie). Saya sempat juga mendengarkan part sesi terakhir dimana Dennis dan Wi WI Goh (manager Youtube Asia) mengupas tentang seluk beluk video online yang makin semarak belakangan ini (ex: Gangnam Style).

Yoshh, jadi kali ini saya akan membahas apa saja yang terjadi di seminar hari pertama tanggal 22 Nov 2012 dari pagi sampai sore.. 1 2 3.. Check it out!

Sesi 1 baru dimulai sekitar pukul 10.30 dan dibuka oleh sambutan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ibu Mari Elka Pangestu. Studio 1 XXI Epiwalk saat itu sudah dipenuhi oleh berbagai kalangan dari mulai pejabat pemerintahan, elit bisnis, para pelaku industri kreatif, pegawai, mahasiswa, ibu rumah tangga, sampai anak hilang seperti saya, hehe.. Banyak juga wartawan yang meliput acara tersebut. Pokoknya berkelas rasanya ada di situ, hehe,, Ibu Mari mengenakan dress dari kain sarung dan terihat sangat fashionable. Sesi itu diisi oleh beberapa pembicara yaitu Mr. John Howkins, Bapak Bayu Krisnamurthi (Wakil Menteri Perdagangan), dan Ibu Mari sendiri. Steny Agustaf bertindak sebagai moderator.

sesi pertama PPKI

Mengenai John Howkins berikut sedikit biografinya (pekankreatif.com):
“John Howkins (Penulis, Konsultan untuk  Shanghai Creative Industry Center), John Howkins lahir 03 August 1945. Beliau adalah penulis dari buku yg berjudul ‘The Creative Economy' yang membahas tentang kreativitas dan inovasi yang terbit pada 2001, yang kemudian direvisi pada 2007. Pada 2010 beliau kembali menulis buku yang kedua dengan judul 'Creative Ecologies: Where Thinking is a Proper Job' yang masih mengangkat topik bahasan yang sama.
Howkins mendapatkan gelar BA bidang Hubungan Internasional di Universitas Keele dan Diploma di bidang Urban Design di Architectural Association School of Architecture. Saat ini beliau aktif sebagai Visiting Professor di City University, London, Inggris. Wakil Dekan dan Visiting Professor, Shanghai Theatre Academy, Cina.”

Diawali oleh sambutan Ibu Mari, beliau menjelaskan mengenai pengertian ekonomi kreatif itu sendiri, suatu kementrian yang baru dibentuk dan beliau menjelaskannya dengan menarik. Oh ya selama sesi ini digunakan 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Inggris, karena kan juga mengundang pembicara dari luar, jadi ya saya denger seminar sekalian belajar listening juga. Hihi.. Walau agak susah juga soale Mr. Howkins kan orang Inggris jadi bahasanya juga Inggris British. Tapi ada slide presentasi  untungnya, jadi sekalipun kurang ngerti pas listeningnya tapi kebantu sama slidenya itu. Hihi.. 

Some notes from Bu Mari Elka Pangestu:

“Creative Economy is how to create value from existing knowledge (value creation)”

“Tourism berkembang kalo kreatif ekonomi juga berkembang”

Monetize the value makes creative economy”

Selesai Bu Mari menguraikan sambutannya, dilanjutkan oleh Pak Bayu Krisnamurthi dari kementrian perdagangan untuk berpresentasi. Beliau berpresentasi dengan menggunakan bahasa yang simpel. Mengambil contoh mengenai kue mochi asal sukabumi yang dari dulu packagingnya selalu sama yaitu dibungkus bambu dan diatasnya ada tulisan huruf kanjinya. Padahal nilai nya bisa dinaikkan dengan mengubah packagingnya menjadi lebih menarik dan kreatif. Soale kalo dari segi rasa katanya gag kalah kok sama mochi jepang. Hehe.. Makanya beliau ngasih ide gimana supaya diadain sayembara buat bikin desain packaging kue mochi tapi syaratnya nantinya desain itu mesti bisa dibuat oleh UKM yang ada. Wow, contoh yang menarik ya.. Beliau terinspirasi dari quote yang berbunyi “ Design is not Everything, but Everything is Design” lalu jadi terpikir membuat quote yang satu ini:

“Creativity is not everything, but EVERYTHING needs CREATIVITY”

“Creativity means add value”

“Creativity is not everything, but WITHOUT CREATIVITY, everything will be NOTHING”

Setelah Pak Bayu selesai berpresentasi, Steny menambahkan juga bahwa kalau yang namanya INOVASI itu berarti bisa menambah/ menggabungkan, jadi berbeda dengan invent.
Kemudian masuklah ke sesi untuk Mr. John Howkins berpresentasi. *langsung catat, catat, catat..
Beliau menerangkan mengenai Creative Economy, GLOBAL EVOLUTION. Here some notes from Mr. Howkins:

There are three principles in creative ecologies:
#1 : Everyone is creative
Means that everyone is born with IMAGINATION and PASSION to use it.
Dari sejak lahir, bayi sesungguhnya sudah menjadi pribadi yang kreatif. Mereka mengadaptasi atau mencontoh apa yang orang tuanya lakukan.

#2 : Creativity needs freedom
We want to be free to manage our relationship to ideas.
- Freedom to BORROW, COPY, ADOPT
- Freedom to FAIL
- Freedom to WIN

#3: Freedom needs markets
Means the creative economy needs tools such as:
Assets, markets, transactions for every field (arts&culture, design, media, innovation).

Four themes in Creative Economy:
#Theme 1: Learning
Education ≠ Learning
- Education: state driver, compulsory, age limited
- Learning: Self driven, voluntary, continious
Mr. Howkins said that education is what state provided us, so it’s kind like state business. Hehe..
Learning is more important than education. We want to learn because we want to develope our self. And that’s why it’s up to us. Stop learning, stop adapting means stop our life.

#Theme 2: Digital
- Four trends (big data, algorithms, cloud, devices as control panel)
- 3D Design (crafts, US Army, James Bond)

#Theme 3: Cities
- Creativity and Cities grow together (change and diversity, learning and adaptation)
- Buyers and sellers (Code, 3D Painting development, immersive theatre)
- Proposal (Clusters, Co-working spaces, Co-learning)

#Theme 4: Business growth
- Copyright, patents, trademarks
“copyright is the currency of a creative economy”
- Proposal: J-IPAS
- Assets, Markets, and Transactions
- Proposal (Six steps: Qualifications, The first job, company management and growth, IP, Finance (debt, equity, M&A), Exporting)

CREATIVITY = LEARNING +ADAPTATION
-John Howkins, Nov 2012

Saya setuju dengan pendapat John Howkins bahwa Learning is more impotant than Education, karena kalau yang namanya Learning itu kan motivasinya dari dalam, bentuknya juga sukarela bukan yang wajib karena disuruh, dan apa yang mau kita pelajari itu terserah minat kita, serta yang jelas gag dibatasin umur. Kalo saya pribadi baru merasa menjalani proses "learning" itu setelah tamat dari sekolah, barulah yang namanya proses Learning itu dimulai dan akan berproses terus sampai saya tua. Pencarian ilmu yang sesuai dengan keinginan kita, caranya pun tidak harus melulu di kelas lagi, tapi bisa dengan kegiatan sosial, membaca, berdiskusi dalam sebuah forum tertentu ataupun aktivitas lainnya.

What is your value? Capitalize it!
This is an assets!
Monetize YOUR VALUE!

Nah sesi pertama sudah berakhir sekitar pukul 12 siang. Dilanjutkan dengan makan siang dan networkingan ato tuker kartu nama. Karena saya cuma anak iseng yang belum punya network luas apalagi tukeran kartu nama, jadi saya cuma sebatas makan (gratis) plus observe tingkah laku di sekitar venue tersebut. Kalau yang  berkepentingan soal bisnis dan kerjaan, ini merupakan ajang yang menarik, karena disini akses buat orang2 yang bergerak di bidang industri kreatif khususnya untuk saling berkenalan dan berdiskusi. Setelah perut kenyang, lanjut saya lihat keadaan di panggung utama. Karena memang sudah diberitahu bahwa bakal ada flash mob sarung. Yups, sarung memang sedang digalakkan disana, dan banyak audience yang dateng ke seminar pada pake sarung yang dimodif atau batik, dan ternyata sarung juga bisa fashionable juga lho. Saya baru tau pas nyampe disana, dan langsung berasa saltum, hehe..

Ketika nonton flashmob, dimana Bu Mari dan Mr. John Howkins juga ikut menari bersama-sama, saya jadi mulai kepikiran deh untuk mengabadikannya dengan foto supaya bisa dijadiin tulisan yang komplit. Wah banyak banget wartawan dengan kamera DSLR nya itu yang ngerubungin, sementara saya dengan bermodal kamera hp ini juga mencoba ikut2an sok2an jadi wartawan lepas, jadi sulit banget dapet gambarnya. Yah akhirnya walaupun cuma dapet sedikit dan anglenya gag terlalu bagus, tapi saya bisa mengabadikannya. 
Setelah itu saya mengunjungi stan2 pameran kerajinan dari masing-daerah daerah. Banyak juga barang yang dipamerkan lho disana dan semuanya asli asal Indonesia.

Tarian sarung oleh kawan-kawan muda

Flashmob sarung..

Dancing with sarung!

Banyak banget wartawan, jadi susah ambil foto, hehe..

Another pic flashmob with sarung..

Mr. John Howkins ikutan flash mob..

Bu Mari dan Mr. Howkins juga menari bersama-sama..

Great event..!

Sarungnya dipake juga ya mister pas di London.. hehe..

Angklung..

Sarung yang sedang digalakkan..

Some cute crafts..

Game interaktif..

Wah ada mainan traditional ini juga!

Situasi pameran..

Batik Oh Batik.. 

Ibu-ibu pengrajin kain tenun..

Pameran keramik

Jam 2, sesi berikutnya pun dimulai. Keadaan agak sepi dibanding sebelumnya. Pembicaranya Pak Idwan dari kementrian riset dan teknologi, Pak Djoko Kirmanto (Menteri Pekerjaan Umum) dan Mr. Kenichi Imabayashi (Deputi Direktur Jendral untuk Industri Kreatif METI Japan). Presentasi dari Pak Idwan meliputi pengembangan riset dan penggunaan teknologi dalam bidang ekonomi kreatif.

“Curiousity -> Research”

Contohnya pelepah pisang kepok bisa dijadikan panel peredam suara. Terus dikembangkannya batik fractal (batik print) yaitu modifikasi corak batik dengan menggunakan teknologi software tertentu. Game Online juga bisa dirancang sedemikian rupa sehingga background cerita yang dipakai bisa berupa cerita kerajaan Majapahit. Menarik bukan?

Teknologi Informasi Komputer (Enabler/ Empower) untuk membuat kreativitas dan Inovasi”
It is Faster, Cheaper, and Better.

Sesi 2 PPKI

Selanjutnya giliran menteri Pekerjaan Umum, Pak Djoko untuk berpresentasi mengenai topik: “CREATIVE PUBLIC SPACE, which means a new dimension of sustainability urban. It is related to the theory of joy. Pemanfaatan ruang terbuka yang dimaksimalkan agar nilainya bisa bertambah. Presentasi gambar sebuah ruang terbuka hijau dimana atapnya dihias dengan begitu banyak payung berwarna-warni, begitu cantik! Saya jadi teringat dengan projek saya bersama kawan saya waktu itu dalam mencari ruang terbuka hijau di daerah Bekasi (tulisannya ada di sini), dan jujur belum ada fasilitas taman kota yang tertata dengan baik. Dari segi masyarakatnya juga masih belum menghargai kebersihan dan turut menjaga keindahan taman, tapi dari segi pemerintah juga belum menyediakan fasilitas taman yang membuat masyarakatnya benar-benar nyaman disana. Salah satu taman yang waktu itu sedang digalakkan adalah taman Langsat (Hidden Park). Kenapa disebut Hidden Park? Karena memang letak taman nya yang tersembunyi dan jarang diketahui oleh masyarakat umum. Tetapi sesungguhnya memiliki potensi yang bagus, apalagi bila tertata dengan baik, dan sering diisi kegiatan2 yang menarik dan berguna. Nah, karena itu saya juga jadi penasaran pengen kesana kapan-kapan. hehe..

Berdasarkan UU penataan ruang, seharusnya ruang terbuka hijau mempunyai porsi sebesar 30% dari keseluruhan wilayah, tetapi faktanya di Indonesia ini baru ada sekitar 7,08-10% ruang hijau terbuka. Menurut informasi juga ada sekitar 960 hidden park di Indonesia. Harapan saya adalah semoga semakin banyak taman-taman atau green open space yang layak di negeri ini dan bisa membawa kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat kedepannya.

Selesai Pak Djoko berpresentasi, sekarang giliran bagi Mr. Kennichi. Beliau menjelaskan tentang “Cool Japan Project” yaitu usaha pemerintah Jepang untuk memasukkan pengaruh Jepang melalui berbagai aspek, diantaranya lewat:
- Japanese products/ devices
- Animation/ char
- Fashion
- Traditional crafts/ arts
- Foods
- Music (J-Pop)

Pillar of Cool Japan:
1. Combining Japanese contents and consumer goods/ localization
2. Collaborating with local retail distributors including commercial facilities
3. Exploring regional resourcescommunicating information globally

Saya sempat juga mengajukan pertanyaan lho ke Mr. Kennichi walau dengan B. Inggris yang apa adanya. Hehe.. Waktu itu yang saya tanyakan adalah mengenai adakah usaha dari pemerintah Jepang bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam hal peningkatan kewiraswastaan khususnya yang mencakup anak muda. Beliau lantas menjelaskan mengenai adanya kerjasama di bidang seni seperti JKT 48 dan tv show yang akan segera tayang, yang berjudul “Kokoronotomo”. Tv show tersebut akan meliput orang muda Indonesia yang mengeksplor budaya dan tempat-tempat menarik di Jepang.

Setelah selesai sesi ke-2, dilanjutkan dengan coffee break sekitar setengah jam, lantas masuk ke sesi ke-3 / terakhir dan disinilah keramaian dan antusias dari penonton yang crowded memuncak. Saat itu memang sudah sore sekitar jam orang kantor pulang kerja. Jadi tiba-tiba banyak sekali penonton yang masuk menyerbu studio XXI, dan wartawan juga jauh lebih banyak yang meliput daripada sebelumnya. Rupanya ada Jokowi juga menjadi pembicara di sesi tersebut. Segala gerak dan aksi beliau kan memang lagi jadi sorotan, jadi tak heran banyak wartawan yang datang. Mahasiswa dan anak-anak muda juga jauh lebih banyak yang datang ke sesi tersebut. Mungkin pada penasaran sama sosok Jokowi kali ya, hehe.. Oh ya pas itu saya juga liat Bu Mari sempet motretin 2 orang penonton yang pengen foto bareng ma Jokowi lho* aduh baik banget sih ibu..  Oya, jujur saya baru tau pas hari itu kalau bakal ada Jokowi juga, jadi pas tau, langsung ikut excited juga deh walau bukan warga jakarta :p

Dimoderatori oleh Jaya Suprana yang sudah terkenal akan kegokilannya dalam memandu acara, ditambah kehadiran Mrs. Fiona Kerr dari University of Adelaide, menambah semarak sesi tersebut. Pembicaranya gokil, penontonnya gokil, ya jadinya seru sekali. Diawali dengan presentasi dari Mr. Fiona Kerr yang sangat menginspirasi mengenai “Creative cities and hubs”. Beliau membahas usaha pencapaian creatives cities yang bisa menggunakan cara diskusi dan soft emphaty. Yang paling saya ingat adalah ketika beliau menceritakan tentang suaminya yang seorang Jerman yang sangat pintar tapi kurang kreatif. Suaminya itu benar-benar seorang pekerja keras yang efesien sekali dalam segi time management sampai-sampai waktu tidurnya hanya 2 jam sehari. Makanya Mrs. Kerr menyimpulkan:

“If you want to be creative, don’t be effecient, but take a loooong sleep”
hehe.. :p

Maksudnya itu kita juga perlu waktu tidur yang bagus supaya otak kita juga bisa istirahat dan ketika kita bangun tidur kita bisa berpikir lebih kreatif dan banyak ide-ide bagus yang muncul. Semua pemikirannya disampaikan dengan bahasa yang ringan dan santai. Wah saya pribadi suka banget deh sama presentasi dari Mrs. Kerr. Kemudian setelah selesai, dilanjutkan oleh presentasi dari “artis kita yang sudah ditunggu-tunggu” yaitu Pak Joko Widodo, gubernur DKI Jakarta yang baru. Beliau membukanya dengan guyonan tentang pengalaman pribadinya yang membuat semua audience tertawa, baru setelahnya masuk ke topik utamanya yaitu mengenai Creative Public Space juga. Jadi yang beliau inginkan untuk kedepannya adalah semakin banyak ruang pubik di Jakarta yang bisa digunakan untuk memasarkan produk-produk kreatif. 

“Kota perlu main product (positioning)”

Beliau membandingkan dengan negara lain yang mempunyai imej bagus yang begitu melekat. Ketika pergi ke Jakarta, jangan sampai yang melekat malah imej “macet”. Padahal beliau yakin sekali bahwa Indonesia memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki negara lain. Budaya kita jauh lebih banyak, sehingga tidak mustahil kalau suatu saat di Jakarta ini bisa menjadi kota carnaval. Tiap hari carnaval terus, undang saja tiap hari penari dari sabang sampai merauke ke jakarta untuk beraksi, kan negara kita kaya akan budaya. Bayangkan, Solo saja punya 3000 jenis tarian. Itu baru Solo, belum provinsi lain. Makanya yang perlu menjadi perhatian dari pemerintah saat ini adalah penyediaan fasilitas berupa ruang publik untuk “show their creativity”. Pemerintah DKI ingin membangun sebuah tempat pertunjukkan sekaligus bisa menjadi tempat bagi para pedagang kaki lima menjual produk-produk mereka. Kalau dikasih tempat yang layak, maka semuanya akan menjadi lebih rapi teratur dan ujung-ujungnya bisa mengurangi kemacetan juga kan.

Banyak yang bertanya di sesi tanya jawab tersebut, dan kebanyakan adalah anak muda Jakarta yang berharap akan perubahan yang lebih baik dengan hadirnya Jokowi. Di sesi tersebut, bu Mari Elka turut berdiskusi bersama Mrs. Kerr dan Pak Jokowi serta memberi konklusi akan keseluruhan topik. Beliau menutup acara hari itu pukul setengah 6 sore, seminar yang terdiri dari serentetan sesi itu pun berakhir. Ketika Jokowi berjalan menuju lobi untuk pulang, banyak yang mengikutinya, saya juga sempet tidak sengaja melihat beliau dari deket pas menuju lobi. Hehe..

 Sesi 3 PPKI

Hiasan Bambu di depan Epiwalk


Nah pengalaman yang gag terlupakan adalah ketika ditengah-tengah sesi Jokowi berbicara, secara tiba-tiba lensa kacamata saya lepas dari framenya dan saya udah gag bisa nikmatin lagi acara secara utuh deh sampe kebelakang. Soale minus saya udah tergolong berat, jadi gag keliatan apa2. T_T. Yaudah saya nikmatin ajah secara audio sambil tetep coba ngemur lagi frame kacamata saya pake alat yang ada (baca: pulpen, pensil, peniti, jepitan rambut). Tapi semuanya gag berhasil. Hmm.. Gimana caranya saya pulang nih ntar.. Ditambah akhirnya mur nya juga ikutan jatuh dan hilang. Wah belibet sendiri deh saya jadinya. Tapi akhirnya saya terpikir untuk ke optik saja, dan syukurnya di mall Epiwalk itu ada Optik Melawai.  Saya langsung minta tolong ke petugas optiknya supaya kacamata saya diperbaiki dan ternyata saya tidak dipungut biaya sama sekali lho.. Huah makasih banget deh pokoknya buat mas-mas optiknya. Hehe..

Hari yang sangat menginspirasi dan melelahkan (karena pulangnya macet banget ditambah hujan lebat juga). Pokoknya saya harap acara kayak gini bakal diadain terus secara reguler dan lebih banyak mendatangkan lagi speaker-speaker dalam dan luar negeri yang keren dan inspiratif. Maju terus ekonomi kreatif Indonesia!

JESUS is a CREATIVE GOD in making new plan in this season..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...