Minggu, 28 April 2013

Nonton gretongan di Blitz Pacific Place Jakarta


Dari tanggal 18-21 April 2013 bertempat di Blitz Megaplex Pacific Place, sedang diadakan kidsfest yang acaranya berupa pemutaran film internasional bergenre anak-anak dan remaja. Pengunjung  boleh menikmati film-film tersebut secara GRATIS. Begitu mengetahui hal tersebut, maka hari Sabtu (20/04), saya mengajak Mba Asni janjian untuk jalan bareng kesana. Kami bertemu di tempat perberhentian shuttle bus di depan Indonesia Stock Exchange yang berseberangan langsung dengan mall Pacific Place. Mba Asni mengenakan kaos atasan berwarna hitam dan rok panjang berwarna hijau yang merupakan pemberian ibunya. Ia tampak begitu stylish dengan kerudungnya yang berwarna hijau muda. Saya sendiri mengenakan atasan kaos berwarna hijau dan celana selutut. Kita memang sudah janjian memakai baju berwarna hijau. Aku bergaya sporty dengan sepatu kets dan Mba As tampil sangat chick.

Kami segera menuju Blitz di Lantai 6 Pacific Place. Disana saya juga melihat antrian anak-anak yang sangat panjang di arena bermain Kidzania (maklum sedang weekend). Saat kami tiba di depan blitz ternyata belum ada admin untuk registrasinya. Saya memang menjadwalkan untuk datang lebih awal karena takut kehabisan tiket seperti saat nonton gratis film Jepang di Plaza Senayan beberapa bulan lalu. Tapi ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti, karena saat itu terlihat masih banyak kursi yang kosong dan tiket yang tersisa pun masih lumayan banyak. Pikiran saya pun menyimpulkan mungkin karena belum banyak orang yang tau mengenai acara tersebut.

Kami pun mengambil tiketnya dulu, lantas sambil menunggu film diputar pukul setengah 1 siang, kami memutuskan untuk makan siang di restoran Ta Wan di lantai 5. Aku mengajak Mba Asni kesana karena ia sangat menyukai bubur ayam.

Setelah berusaha menghabiskan semangkok bubur ayam sapi yang kami pesan, kami segera masuk menuju  ke dalam studio 5, dimana studionya relatif kecil seperti studio pribadi. Penonton siang itu didominasi anak-anak. Sebelum filmnya dimulai, diawali dengan film pendek buatan anak-anak yang ikut menonton juga disana. Film tersebut bercerita tentang asal mula taun baru Chinese. Filmnya lucu dan keren sekali untuk ukuran buatan anak-anak. Diawali sedikit gangguan teknis, film pertama pun dimulai.  Judul film pertama yang kami lihat adalah “Little Robbers” asal Austria. Dengan percakapan dalam bahasa Jerman tapi sudah dilengkapi subtitle bahasa Indonesia, aku dan temanku menikmati film tersebut. Kadang kami tertawa geli karena adegan lucu yang ditampilkan actor cilik tersebut yang bermain dengan sangat baik.

Film selesai kira-kira pukul 2, dan kami pun segera beranjak mencari mushola untuk Mba Asni sholat. Sebelumnya kami mengambil tiket dulu untuk pemutaran film sore yang jam setengah 5 berjudul Vitus. Dari resensi yang saya liat di website, saya amat tertarik dengan film Vitus tersebut, karena bercerita tentang seorang anak laki-laki yang bermain paino.

Setelah Mba Asni sholat, kami mampir ke toko buku Times yang terletak di sebelah mushola. Kami membaca buku-buku dan majalah. Disana banyak dijual buku-buku luar negeri dan saya juga melihat buku karya chef favorit saya “Jamie Oliver” terpampang di rak. Kyaaaa, ureshi..!!

Mba Asni lantas meninggalkan ku sejenak karena sudah waktunya untuk kembali sholat dan sembari aku menunggu, aku melanjutkan membaca majalah-majalah luar yang ada disana. Setelah Mba Asni kembali, kami melanjutkan perjalanan berkeliling di sekitaran mal tersebut sambil tak lupa untuk mengabadikannya lewat sesi foto-foto ^^

Mba As yang girlie..

Aku yang sporty..

Menjelang pukul setengah 5, kami segera beranjak menuju blitz untuk menyaksikan film Vitus, yang mana film terakhir yang diputar di kidsfest untuk hari itu. Penonton yang sedang menunggu untuk menonton film vitus lebih banyak daripada penonton yang siang. Mungkin dikarenakan sore lebih banyak pengunjung yang datang ke mall tersebut. Dan lagi penonton tidak didominasi oleh anak-anak lagi, melainkan para remaja. Film pun dimulai dan ternyata aktor yang memerankan Vitus itu menurut saya ganteng, lagi super lihai bermain piano, membuat hati saya klepek2, wkwkkkk (wish he can be my young brother, hehehehe..) Saya tidak menyesal datang kesana, karena film Vitus memang benar-benar bagus. Jalan ceritanya mengenai seorang anak yang super genius dan lihai sekali bermain piano. Tapi ia selalu dipaksa untuk mengikuti ambisi orang tuanya. Suatu hari ia mengalami kecelakaan dan setelah itu pun alur hidup Vitus berubah. Bagaimana kelanjutannya? You better check out by yourself.


Beberapa potongan scene film Vitus

Teo Georghiu, pemeran Vitus, saat ini sudah menggelar konser pianonya sendiri di beberapa negara

Setelah puas menonton Vitus, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Mall Senayan City naik kopaja 19 yang letaknya tidak jauh dari PP. Saya ingin menyaksikan fashion show yang sedang diadakan disana dalam rangka Fashion Nation yang ke-7. Saya belum pernah melihat panggung run away yang megah secara langsung beserta model yang mengenakan baju yang cantik-cantik. Gara-gara nonton film jepang “Paradise Kiss” saya jadi penasaran akan hal tersebut. Tapi sayangnya ketika sampai disana, acara untuk hari itu sudah kelar dari jam 7 malam, sementara kami baru tiba disana pukul setengah 8. Yaaahh… tapi gapapa lah masih ada next time.. Saya juga sudah sempat melihat bentuk panggung run awaynya, agak keluar dari ekspektasi saya sih, karena yang saya bayangkan panggung yang lurus dan panjang seperti di film jepang itu.

Perut kami pun sudah didera rasa lapar, akhirnya kami pergi ke lantai 5 untuk mencari makan di foodcourt. Kami memesan hoka-hoka bento dan segera mencari tempat duduk. Setelah selesai makan, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Roti Bakar Eddy yang ada di belakang universitas Al-Azhar, Blok M. Kami sempat mencari-cari dimana letak tendanya, tapi setelah bertanya kepada seorang bapak yang keluar dari gedung universitas tersebut, kami diberitahu bahwa letaknya tidak jauh dari perempatan lampu merah, di belakang universitas itu. Berjalanlah kami di malam yang sudah sunyi sepi tersebut. Setelah sampai di warung Roti Bakar Eddy, ternyata keadaannya lumayan ramai, banyak kawula muda yang asik kongko-kongko di malam minggu tersebut, sembari menikmati roti bakar ataupun hidangan lainnya. Sekedar informasi, Roti Bakar Eddy juga menjual makanan lain seperti mpek-mpek, bubur ayam, dll. Ada juga gerobak pedagang lain yang bertuliskan INTERNET yang artinya Indomie Telur Kornet. Hehehe…

Daftar Menu Roti Bakar Eddy

Kami memesan roti bakar dengan isian pisang, keju, coklat dan pisang bakar dengan taburan keju dan meses diatasnya. Tampilannya sih ya biasa, rasanya lumayan enak, harganya juga ya masih terjangkaulah.. Roti Bakar Eddy sudah lumayan dikenal masyarakat, dan telah membuka cabang di dua tempat, yaitu pasar minggu dan pintu senayan III kalau tidak salah. Dan disanalah kami mengakhiri petualangan kami hari itu.
Saya lantas dibolehkan orang tua menginap di kosan mba Asni mengingat hari sudah malam dan bis menuju ke Bekasi pun sudah jarang. Kami menuju kesana naik transjakarta, dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Di tengah jalan saya juga menyempatkan membeli sekaleng minuman di vending machine, yang bentuknya beda dari yang biasa saya temukan di halte busway. Yang kali ini saya rasa bentuknya lebih mirip dengan vending machine yang ada di Jepang.. hehe..

Akhirnya tibalah kami di kosan, dan saya akan melanjutkan perjalanan pulang keesokan paginya. Di perjalanan pulang paginya, tampak banyak orang yang naik sepeda menuju arah Blok M. Yeaa, car free day is in the town, and it’s a very enjoy moment to taste the silent and fresh Sunday morning in Jakarta.

Jumat, 12 April 2013

Bertualang ke Planetarium TIM dan @America


Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta

Minggu, 7 April 2013 lalu, aku dan Mba Asni pergi mengunjungi planetarium di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Ini adalah kali kedua kami pergi kesana setelah sebelumnya kami gagal menonton pertunjukan, karena ketika kesana alatnya sedang dalam perbaikan. Tapi minggu pagi itu aku bedoa sambil harap-harap cemas, semoga misi kita hari itu bisa berjalan sukses. Masalahnya sebelumnya aku sudah mencoba berkali-kali menghubungi planetarium tapi selalu tidak ada yang mengangkat teleponnya.

Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 9 pagi, menuju stasiun Bekasi. Dari sana aku naik kereta jurusan Kota, menuju Manggarai. Di terminal Manggarai aku sudah janjian dengan temanku untuk ketemuan pukul setengah 11. Hari itu perjalanan lancar tanpa hambatan, dan akhirnya aku pun berjumpa juga dengan temanku. Lantas kami naik bis no 17 yang menuju pasar Senen, dan turun di depan Taman Ismail Marzuki, tepatnya di daerah Cikini.

Sampai disana, aku merasa lega karena ternyata planetariumnya buka. “Ah, Lucky..!!”  Kami segera mengantri untuk pertunjukan pukul 1 siang. Disana antriannya sudah sangat banyak. Loket antrian dibuka satu jam sebelum pertunjukan. Dengan sabar kami menunggu hingga loket dibuka pukul 12. Sambil mengantri aku berbincang-bincang dengan temanku mengenai perkerjaan kami masing-masing di tempat yang sekarang.

Akhirnya loket dibuka dan kami mengantri di urutan lumayan jauh di belakang. Kapasitas tempat duduk yang disediakan sebanyak 320 kursi. Di monitor bisa terlihat berapa lagi tiket yang tersisa dalam antrian tersebut. Sayangnya ketika sudah sebentar lagi sampai ke giliran kami, tiket sudah ludes. Huah, mau tidak mau kami harus mengantri ulang untuk jadwal pemutaran terakhir hari itu yaitu jam setengah 3 siang. Pesan moralnya adalah, kalau ingin menonton pertunjukkan disana, sebaiknya datang dari pagi agar tidak kecewa. Apalagi ketika hari libur, dimana penonton banyak didominasi oleh anak-anak sekolah dan orang tuanya.

Walaupun loket antrian baru dibuka pukul setengah 2, kami tetap mengantri karena takutnya kalau kami tinggal, antriannya bakal cepat membludak lagi. Kami bergantrian menjaga tempat duduk. Oh ya, FYI disana untuk mengantri disediakan tempat duduk. Lalu aku pergi membeli siomay untuk kami makan, karena hari sudah siang dan perut kami sudah lumayan keroncongan. Setelah puas menikmati siomay, mba Asni pergi untuk sholat dan gantian aku yang menjaga antrian.  Akhirnya loket dibuka dan aku bergegas menunggu giliran di antrian. Tiket untuk dewasa dipatok seharga 7 ribu rupiah, sementara anak-anak hanya separuhnya, seharga 3500 rupiah. Murah, bukan? Dengan animo masyarakat yang antusias datang kesana, terbukti bahwa masyarakat kita merindukan hiburan yang sekaligus mendidik dan tentunya dengan tiket masuk yang terjangkau bagi semua kalangan. Saya rasa kalau tempat ini semakin diperbaiki, kedepannya akan semakin besar minat masyarakat untuk datang dan belajar di tempat ini.

Setelah mendapat tiket, lantas kami mengantri lagi didepan tangga masuk menuju ruang pertunjukkan, agar kami bisa memilih kursi nantinya. Antriannya sangat penuh dan gerah sekali. Kami sampai pegal berdiri karena pertunjukkan baru dimulai pukul setengah 3. Ketika pintu masuk dibuka, orang-orang langsung berlarian berebutan kursi. Kebetulan kami mendapat posisi kursi yang enak, tepat ditengah-tengah kubah. Seperti anak kecil, kami sangat excited menunggu pertunjukan dimulai. Kami asik berfoto-foto dulu, terus juga menyesuaikan sandaran kursi kami agar kami bisa menonton dengan nyaman. Kalau biasanya layar di bioskop ada didepan, kali ini layarnya ada di atas, dilangit-langit kubah. Sungguh hal yang baru buat kami berdua.

Foto-foto dulu saat ngantri :p

Di dalam ruang pertunjukkan

Akhirnya pertunjukkan pun dimulai. Seisi ruangan berubah menjadi gelap, dan langit-langit kubah seketika bertaburan begitu banyak bintang. Huahhhh… cantik sekali langit malam itu! Ada juga tutor yang menjelaskan kepada kami sepanjang pertunjukkan. Tutor itu suka memasukkan unsur joke kedalam setiap penjelasannya sehingga kami jadi merasa terhibur. Tapi sayangnya ia berbicara dengan lumayan cepat jadi kadang ada informasi yang tidak bisa kutangkap dengan baik. (mungkin ngejar durasi kali ya, soale cuma sejam doing, hehe..)

Di sepanjang pertunjukkan kami dibawa terperangah akan indahnya angkasa. Kami seakan diajak terbang ke angkasa dengan roket dan mengamati angkasa dari dekat. Langit kita sebenarnya di penuhi banyak sekali bintang. Tapi di perkotaan seperti disini sulit sekali melihat bintang. Menurut penjelasan tutor, langit di perkotaan sudah tertutup oleh banyak polusi, sehingga menyebabkan kita hanya melihat sedikit bintang di malam hari. Anak muridku yang pernah tinggal di Belitung pernah bercerita kalau langit malam disana sangat indah bertaburan bintang. Mungkin karena disana hanya ada sedikit pabrik sehingga langitnya masih cerah dan ribuan bintang bisa terlihat jelas disana.

Sejam telah berlalu, tak terasa pertunjukkan pun telah usai. Ah, rasanya aku dan Mba Asni tidak ingin beranjak dari kursi kami. Kami masih ingin melihat alam raya yang begitu indah dan menakjubkan. Rasa penat kami ketika mengantri, cukup terbayarkan dengan pertunjukkan tadi. Penonton berhamburan keluar. Beberapa diantara mereka, termasuk kami, merasa agak sedikit pusing, karena dari tadi posisi kepala kami selalu mendongak keatas. Hehe..

Mba Asni pun langsung solat, dan tak lama setelah itu kami pun meninggalkan planetarium. Yang paling aku suka dari perjalanan ini adalah pengalaman baru yang kudapat. Penonton di sesi kami pun sangat kompak. Setiap ada hal baru yang muncul di langit, semua langsung bertepuk tangan. Ruangan penuh dengan gemuruh suara penonton, padahal sebelumnya sudah diingatkan oleh tutor untuk tidak berisik selama dalam pertunjukkan. Tapi rasa excited kami tidak bisa dibendung, sehingga tetap saja ruangan ramai oleh suara penonton. Xixixixi…..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami ke @America di Pacific Place Jakarta. Kami naik busway menuju ke sana dan turun di halte Polda. Untuk masuk kesana tidak dipungut biaya alias gratis. Terletak di lantai 3, di pojok ruangan. Kami masuk dan melihat-lihat  informasi mengenai segala yang berbau Amerika. Ada juga pojok untuk berkonsultasi jika ingin melanjutkan studi ke Amerika. Lalu kami bermain-main dengan Liquid Google, semacam google earth yang biasa kita lihat di internet, tapi ini dengan versi layar super besar. Kita bisa mencari tempat yang ingin kita lihat, hanya dengan menggerakkan alat di tengah-tengah yang berbentuk semacam joystick. Ada juga tombol pilihan tempat-tempat yang terkenal di dunia. Jika kita mengkliknya maka google earth akan langsung mengarahkan kita kesana.



Perjalanan hari itu pun berakhir. Aku pulang dengan naik bis jurusan Blok M- Bekasi dari depan SCBD, dan berpisah dengan Mba Asni. Sungguh benar-benar hari yang menyenangkan dan berkesan.

sumber gambar klik disini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...