Selasa, 11 Agustus 2015

REPOST : Taking Control of Your Money

Aku membaca tulisan ini sekitar 2 tahun lalu. Begitu menampar dan membuat ku sadar bahwa ada yg harus dirubah saat itu juga dalam caraku mengatur pendapatan (gaji). Semoga tulisan ini menginspirasi kalian juga. Thanks to @captainruby buat pelajarannya. I feel blessed now when I think it over. Kalau mau liat tulisan aslinya ada di mari..

Twenty Somethings, Go Make Yourself Useful.

Kalau usia lo kepala dua dan berada dalam salah satu kategori ini:
(1) Sedang kuliah, jobless, lo pikir memang waktunya lo menikmati hidup
(2) Sudah lulus kuliah, jobless, dan masih menikmati hidup
(3) Kuliah gak lulus lulus, jobless, dan taunya cuma menikmati hidup
(4) Sudah kerja, tapi masih aja menikmati hidup doang
(5) …. alias ga jelas hidupnya
Gue pengen mengajak lo untuk bermain matematika simple sebentar. Lo suka main kan? Yuk, kita hitung-hitung kira-kira semenjak kita lahir sampe usia kita sekarang udah berapa banyak duit yang diinvestasikan orang tua ke dalam hidup kita. Gue juga baru kali ini ngitung. Penasaran cuy.

BERHITUNG GOBLOK
Supaya simple dan gampang hitungnya, katakan saja sudah 20 tahun kita hidup di dunia, maka hitungan gobloknya kurang lebih seperti ini, dengan level mediocre, alias hidup pas-pasan.
Biaya operasi kelahiran : Rp. 8.500.000,-Anggap aja lahir normal, RS Bunda, kelas 3. Info sesuai link ini)
Biaya susu formula (2-5 Tahun): Rp. 22.400,- x 2 x 52 x 3 = Rp 6.988.800,-
Anggap susu Dancow paling murah. Satu minggu biasanya perlu dua kotak 400 gram. Konsumsi 52 minggu dikali 3 tahun. Info harga sesuai link ini.
Biaya pangan (5-12 Tahun) : Rp. 5.000 x 3 x 365 x 7 = Rp. 38.325.000,-Anggap makan simple seharga goceng sekali makan. Makan 3 kali sehari, konsumsi 365 hari dikali 7 tahun.
Biaya pangan (12-17 Tahun) : Rp. 10.000 x 3 x 365 x 5 = Rp. 54.750.000,-Anggap makan simple seharga ceban sekali makan. Dua kali lipat karena udah usia remaja. Rakus biasanya. Konsumsi 3 kali sehari, 365 hari dikali 5 tahun.
Biaya pangan (17-20 Tahun) : Rp. 12.000 x 3 x 365 x 3 = Rp. 39.420.000,-Anggap makan simple tapi naik kelas sedikit karena mulai kuliah. Masih rakus. Konsumsi 3 kali sehari, 365 hari dikali 3 tahun.
Biaya sandang (0-5 Tahun) : Rp. 50.000 x 3 x 12 x 5 = Rp. 9.000.000,-Anggap bajunya grosiran ala Pasar Pagi, goban harga reasonable dikali 3 macem baju (baju rumah, baju jalan-jalan, baju tidur / sekolah), tiap bulan nambah satu set selama 5 tahun.
Biaya sandang (5-12 Tahun) : Rp. 80.000 x 3 x 12 x 7 = Rp. 20.160.000,-Anggap bajunya naik tingkat dikit ala Ramayana, dikali 3 macem baju, tiap bulan nambah satu set selama 7 tahun.
Biaya sandang rumah (13-20 Tahun) : Rp. 80.000 x 1 x 12 x 7 = Rp. 6.720.000,-Udah remaja, mulai bisa gaya. Jadi ini baju santai buat leyeh-leyeh ala Matahari Dept Store, dikali 1 macem baju, nambah sekali sebulan cukup selama 7 tahun. Harusnya lebih mahal nih, tapi ya udah lah, buat engko owe jual harga modal aja.
Biaya sandang eksis (13-20 Tahun) : Rp. 400.000 x 1 x 12 x 7 = Rp. 33.600.000,-Ini juga kemurahan. Baju, celana, belon sepatu, belon beli parfum, belon potong rambut, tapi ya udah lah. Reasonable 400.000 biaya penampilan kece kali 12 bulan kali 7 tahun.
Biaya hura-hura (13-20 Tahun) : Rp. 75.000 x 4 x 12 x 7 = Rp. 25.200.000,-Kalau orang kerja bilang ini biaya entertain. Seminggu sekali ke mall, makan dan nonton, dikali 4 minggu sebulan, kali 12 bulan kali 7 tahun.
Sekolah (TK) : Rp. 19.381 x 12 x 3 = Rp. 697.716,-Menggunakan rumus FV = B (1+Kenaikan)n. Uang sekolah TK sekarang +/- 430.000,- per bulan. Menghitung mundur harga 17 tahun yang lalu (asumsi kenaikan 20% / tahun) menjadi +/- Rp. 19.381. dikali 12 bulan dikali 3 tahun. Info uang sekolah di link ini.
Sekolah (SD) : Rp. 37.386 x 12 x 6 = Rp. 2.691.792,-Menggunakan rumus FV = B (1+Kenaikan)n. Uang sekolah SD sekarang +/- 480.000,- per bulan. Menghitung mundur harga 14 tahun yang lalu (asumsi kenaikan 20% / tahun) menjadi +/- Rp. 37.386. dikali 12 bulan dikali 6 tahun. Info uang sekolah di link ini.
Sekolah (SMA) : Rp. 165.714 x 12 x 3 = Rp. 5.965.704,-Menggunakan rumus FV = B (1+Kenaikan)n. Uang sekolah SMP sekarang +/- 580.000,- per bulan. Menghitung mundur harga 7 tahun yang lalu (asumsi kenaikan 20% / tahun) menjadi +/- Rp. 165.714. dikali 12 bulan dikali 3 tahun. Info uang sekolah di link ini.
Sekolah (Kuliah) : Rp. 13.500.000 + Rp. 3.500.000 x 2 x 4 = Rp. 41.500.000,-Info uang kuliah di link ini.
Nah, terkumpul total menurut hitungan goblok, uang yg sudah dibenamkan ke dalam elo selama 20 tahun bernafas adalah *drumroll* ….
Rp. 293.519.012,- sajaaaa. (ala iklan properti)

GOKIL! 
Dan ini masih mengabaikan banyak biaya-biaya lainnya seperti biaya perlengkapan bayi, popok, biaya ke dokter kalau sakit, beli sepeda, motor, mobil untuk lo transport, biaya sabun mandi, odol, sampo selama 20 taon, jalan-jalan keluarga, biaya kursus ini itu, biaya SKS yang gagal, biaya pacaran, biaya maen warnet, nonton konser, ajojing, mabok, dan akhirnya nabrak mobil orang dan seabrek biaya lainnya, yang kalau dimasukkan dalam perhitungan mungkin nilainya bisa nyaris sama besarnya.
Jadi…
Rp. 293.519.012,- = Biaya elo menikmati hidup selama 20 tahun kagak ngapa-ngapain.
Rp. 293.519.012,- = Biaya yang dikorbankan bokap nyokap yang sebenernya kalau engga ada elo bisa buat hura-hura.
Rp. 293.519.012,- = Biaya yang terus bertambah selama elo belon bisa kontribusi apa-apa ke keluarga. Tunggu, jangan bilang kontribusi ke keluarga dulu deh, bayar biaya makan malam sama pacar weekend kemarin udah bisa belon?
Rp. 293.519.012,- = Biaya yang bisa diinvestasikan ke Reksadana / Saham / dan lainnya yg dalam 20 tahun returnnya bisa beberapa kali lipat.
But your parents decided to INVEST in you. Ini baru satu anak sob, kalau punya 2 anak berarti 600 juta. Dan ini baru hitung-hitungan murah. Alias ngitung lifestyle yang mediocre. I hope you see how much they cared for you by now.
Sudah berdarah-darah? Tanggung. Biar sakitnya sekalian.

BERAPA LAMA LAGI ORANG TUA HIDUP?
Gila! Mungkin itu yang terpikir di kepala lo. Eits, gue bukan nyumpahin, tapi ada baiknya kita future-minded. Menurut research CIA usia rata-rata orang Indonesia itu 71 tahun. If you’re 20 now, dan katakan orang tua menikah di usia 25-30. Berarti, usia orang tua sekarang berkisar late forties atau early fifties.
Sob, lo boleh kurangin sendiri sama 71. Artinya 2/3 hidup mereka sudah didedikasikan sebagian besar untuk lo. Maklum gak kalau kita berbuat sesuatu supaya sisa 1/3 usia mereka (semoga lebih panjang) bisa mereka nikmati dengan tenang?

BERHITUNG GOBLOK (PART II)
Seandainya kita mau coba pay-back atas semua yang sudah diinvestasikan, berapa lama sih?
Kalau ambil gaji fresh graduate Jakarta +/- Rp. 2.500.000,- berarti perlu 117 bulan atau hampir 10 tahun untuk mengembalikan investasi orang tua kita, dengan asumsi duitnya 100% buat payback. Lah lalu ga makan? Ga hidup?
Get what I mean? Untungnya parents memang gak peduli soal payback. The only thing they want is to see us be the person that we are supposed to be. Atau kalo bahasa betawi-nya : “Enyak babe cuma pengen lihat elo jadi ORANG.”

WHAT NEXT?
Cukup deh, udah bleeding gila-gilaan kayanya. Sebelom lo tewas, kita wrap up. Kalau elo keasikan menikmati hidup dan enggak sempet mikir sejauh ini, hey, nasi mungkin sudah menjadi bubur, lo ga bisa balikin tuh bubur jadi nasi. Yang elo bisa mulai adalah: beliin nasi baru buat diri elo sendiri dan orang tua elo dengan usaha elo sendiri. Atau lebih keren lagi lo beliin rice cookernya, atau lebih keren lagi the whole kitchen, atau lebih keren lagi the whole house. Bukan bicara materi saja yah. Ini cuma analogi.
Wake up! Ambil tanggung jawab atas diri lo sendiri. Pada akhirnya itu buat keuntungan lo sendiri. Gak akan mudah, but it will be worth it. Easy is not part of growing up. Buat gue, salah satu tanggung jawab yang paling krusial adalah tanggung jawab finansial atas diri lo sendiri. 

*sodorin betadine untuk luka-lukanya*

Dan di tulisannya @captainruby yg lain, juga ngasih tau gimana langkah nyata untuk bisa jadi financially independent and get the financial freedom later. Mulai dari ini aja, aku yakin one good thing will lead to another. Tulisan aslinya nyontek di mari.


Buat Yang Baru & Akan Gajian













THE BASICS
Rumusnya selalu sama sedari dulu:
(1) Penghasilan – Tabungan = Pengeluaran
(2) Penghasilan – Pengeluaran = Tabungan
Di kategori manakah lo? Kelihatannya keduanya sama tapi perbedaan penempatan aja mempunyai implikasi yang banyak sekali berbeda.
Gua adalah tipe (1). Hal pertama yang gua lakukan ketika menerima gaji adalah mengurangi sebagian besarnya dalam bentuk tabungan dan instrumen investasi. Gua bisa melakukan ini karena gua sudah tahu pasti berapa pengeluaran gua per bulan untuk hidup. Hidup, ini berarti biaya transport kerja setiap hari dan makan setiap hari. Konsekuensinya, jatah makan gua setiap hari sudah ditakar dan tidak akan melebihi nominal tertentu. Gua tahu banget kalau hari ini melebihi budget harian, berarti esoknya gua harus makan sesuatu yang lebih murah. No compromise. Bahkan seringkali gua menolak lapar atau membawa bekal (kaya foto di atas) karena sehari sebelumnya udah makan yang mewah.
Kebalikannya adalah tipe (2). Ini gua yang dulu. Gua yang kalau dapet uang, yang pertama gua pikirkan adalah baju baru apa yang bisa gua beli, gadget apa yang bisa gua tambah ke koleksi gua, tempat asik mana yang gua mau bawa gebetan” gua. Akhirnya, karena dasarnya manusia yg ga pernah puas, saldo tabungan nambah tapi dikiiit banget. Enak sih hidup kayak gini. Mewah. Hip. Tapi hidup kayak ginilah yang melahirkan istilah “tanggal muda” dan “tanggal tua”. Mau selamanya hidup dipecundangi sama midnight sale? Sadar gak kalau mall itu sengaja bikin event satu dua hari setelah gajian?

IF YOUR MONEY IS NEVER ENOUGH
Good news, lo ga sendiri. Been there done that got the t-shirt dan untungnya ada jalan keluarnya. Kalau nyimak baik” dari rumus di atas harusnya sudah bisa mengambil konklusi sendiri. But here’s a help.
Yang namanya kekurangan jalannya setau otak Cina gua cuma dua, antara (1) lo nambah gaji lo atau (2) lo ngurangin pengeluaran lo. That’s it. Pilihan pertama cenderung susah dan butuh waktu lama. Cara yang paling mutakhir buat gua di kala emergency adalah cara nomer dua.
Makanya hidup jangan pake gengsi. Ga ada yang salah kok dengan makan nasi bungkus warteg deket kantor sesekali. Lo bayar kan bukan nyolong? Ga ada yang salah kok dengan menggantikan kunjungan ke salon dengan merawat rambut sendiri dari rumah. Ga ada yang salah kok dengan memilih hiburan di luar mal yang lebih murah dan ga kalah asiknya. Sekalian jadi tahu mana temen-temen yg bener-bener melihat lo apa adanya, bukan ada apanya.

GENGSI
Buang gengsi jauh-jauh. Emang sih ini susah, tapi gua bisa kok buktinya. Atau gini, gengsi boleh aja dipiara. Tapi ubah prinsip gengsi lo. Gengsi bukan pakai mobil bokap yang 3000 cc yang bayar bensinnya aja lo udah kembang kempis, tapi bisa pakai mobil apa aja biarpun cuma 1300 cc yang penting STNK nya atas nama sendiri dan bayar bensinnya sendiri.
In short. Jaga lifestyle lo. Don’t live beyond your means. Gua punya teman, someone I look up to, a filthy-stinkin-rich techie guy who owns a chateau in Paris. Sampai hari ini masih pake sport shoe (bukan sports car) kalau meeting, dan pakai paper clip instead of money clip atau bahkan dompet. Serius. Ga bohong. Lagian kalau lo emang kaya, dan tahu lo kaya, ngapain pusingin penampilan. Contoh lain, Bob Sadino dengan celana jeans pendeknya. Orang kaya itu secure with who they are dan ga memusingkan gengsi, apalagi cuma sekedar penampilan.
Akan datang waktunya untuk lo hidup dengan lifestyle yang mewah. Gua percaya Tuhan akan bikin kita terus naik dan bukan turun. Cuman, kalo kapasitas pribadi lo sekarang masih level 1 mau hidup di level 5, kayanya seberapa pun berusaha kapasitas dan hidup lo susah untuk naik ke level 5 yang beneran, karena capek bok nalanginnya.

BELAJAR & TAKE ACTION
My financial life is shaped by this two events: (1) Bisa dibilang cara pikir gua berubah saat harus berjuang menghidupi diri sendiri di Negeri Kangguru. (2) Ketika gua menemukan buku Ligwina Hananto yang judulnya “100 Cara Untuk Tidak Miskin”. Buku gokil yang sampai sekarang masih gua pakai checklistnya.
Banyak tujuan finansial gua yang tercapai simply karena mengerti dasar-dasar yang diajarkan di buku ini. Sudah 22 yang berhasil gua centang dari 100 langkah. I’m happy to say that I’m financially independent, walaupun masih panjang jalannya menuju financial freedom. But I know I’m heading there.
I fully recommend this book. And anyone who’d like to ask and share, I’m more than happy to do so.
Jadi, besok gajian udah tahu donk mau diapain dulu duitnya? Rumus (1) atau (2)? Mau tetep dipecundangi midnight sale?
Its’ yours to decide
By: @captainruby


Love,




Minggu, 09 Agustus 2015

Tebing Keraton, The Enchanted Cliff from Bandung

25 Juli 2015, aku dan Mba As bertualang menuju kota kembang, Bandung. Kami naik kereta yang sudah dipesan sebulan sebelumnya. Kebetulan lagi ada promo harga untuk kereta eksekutif. PP hanya menghabiskan dana kurang dari 100 ribu. Aku pun sudah memesan kamar di hotel Bukit Dago lewat situs traveloka tiga minggu sebelumnya. Tarif kamar per malam disana 230 ribu, itu sudah termasuk sarapan. Cukup murah mengingat letak hotelnya yg strategis di pinggir jalan raya. Jadi tidak sulit untuk mencari lokasinya nanti. Kami menginap hanya semalam disana, karena kami ingin mengejar sunrise keesokan paginya.

Kami berangkat dari stasiun Gambir pukul 10.15 pagi. Di tengah perjalanan, kami diberi informasi bahwa kita akan melewati jembatan yg menghubungkan kota Jakarta dan Bandung. Pemandangan di sisi jurang tersebut akan menghasilkan jepretan yg indah bagi para fotografer. Setelah itu kami juga melewati terowongan kuno yg lumayan panjang, hampir 1 kilometer. Suasana langsung berubah seperti malam hari seketika itu juga. Oya, menjelang akhir perjalanan, Mba As juga sempat tidur. Sementara aku asik membaca referensi mengenai destinasi kami.

Selfie dulu di kereta dalam perjalanan menuju Bandung

Asyik membaca referensi dari blog.
Thanks to pergidulu.com, satyawinnie.com, thetravelearn.com

Dan akhirnya kami tiba di kota Bandung pukul setengah 3 sore. Kami makan siang di kedai bakso yg terletak tidak jauh dari stasiun. Kayanya yg dagang bukan orang asli Bandung, karena pas diajak ngomong sundaan sama mba As, malah jawabnya pake bahasa Indonesia. Oh ya, selama perjalanan ini aku merasa amat tertolong oleh partnerku, mba Asni. Karena berkat keahliannya ngomong sunda, jadi banyak membantu kami dalam perjalanan ini. Menanyakan tempat, transportasi dan lain-lain jadi lebih mudah. Aku pun jadi ikut melihat gimana cara masyarakat disana berkomunikasi. Mereka rata-rata sangat ramah dan sopan. Ketika turun dari angkot, tidak lupa mengucapkan “nuhun ya a..” Aku pun jadi ikutan berbicara dan belajar bahasa sunda dikit-dikit dari mba As. Paling gak, jadi tau kalo mau bilang makasih, permisi, dan ketika ingin menolak sesuatu. Disana juga aku sempat nanya rute angkot yg mengarah ke Braga. Abangnya jujur bilang kalau habis naik angkotnya mesti nyambung jalan kaki dikit. Terus pas aku bertanya gimana biar bisa langsung sampai ke tempatnya, abangnya langsung ngasih tau kita rute angkot yg benar. Pokoknya seneng dan selalu ingin kembali ke Bandung untuk merasakan atmosfirnya yg bersahabat.

Di dalam perjalanan kami menuju hotel Bukit Dago, kami juga gak ditipu masalah ongkos. Karena perjalanan yg lumayan jauh dari stasiun menuju hotel, kita pikir ongkosnya bakal mahal. Tapi ternyata abangnya jujur ngasih kembaliannya. Udah sampe di hotel, kami segera check-in. Aku menyerahkan kertas prinan booking hotel ke petugas. Lalu kami diminta menitip deposit sebesar 100 ribu yg akan dikembalikan saat kami check out besok. Setelah itu, kami pun diberikan kartu akses untuk masuk ke kamar. Kami mendapat kamar standard no 317. Saat itu kulihat banyak juga segerombol anak muda yg sedang menginap disana. Mungkin mereka juga sedang liburan di Bandung.

Ketika masuk ke kamar, aku sangat senang dengan ruangannya. Tidak terlalu besar, tapi rapi dan bersih. Aku melongok ke kamar mandi dan ternyata kamar mandinya bersih. Ada air hangat pula, jadi gak usah takut kedinginan pas mandi. Kami juga mendapat handuk, sikat gigi dan sabun mandi. Juga telah disediakan air mineral di meja. Ada tv kabel juga disana, jadi lumayan bisa nonton mtv, program Jepang, sampai arirang. Arirang itu channel broadcastnya Korea yg international. MV boyband korea “BTS” yg aku lagi demen banget juga kebetulan diputar di mtv. Pokoknya istirahat di hotel setelah perjalanan yg lumayan panjang, ditemani mtv dan kasur yg nyaman itu rasanya sesuatu banget lah. Di sekeliling dinding kamar dipasang kaca. Di belakang, samping kiri, depan juga pada dipasang cermin. AC kamar sama sekali gak kami nyalain, secara udah dingin juga hawanya. Paling kekurangannya ialah disana gak disediain termos pemanas air, yg kaya biasa ada di hotel-hotel. Yah, namanya juga pesen room yg standard, jadi gak ada. Mungkin kalo pesen yg lebih mahal ratenya, ada kali yak. Kan lumayan kalo ada, bisa buat nyeduh teh atau buat masak air. Dan sebagai masukan lainnya, di kamar mandinya juga sebaiknya dipasang cantelan baju. Soale kemarin aku liat gak ada. Jadi agak repot mau gantung bajunya pas mandi.

Kamar standard di hotel Bukit Dago, Bandung
230K per night include breakfast


Setelah leyeh-leyeh sebentar, kami langsung mandi dan siap-siap untuk ngebolang sore itu. Kami akan mengunjungi alun-alun Bandung. Alun-alun itu bersebelahan dengan masjid raya Bandung yg gede banget. Alun-alun Bandung di desain sangat unik, karena bentuknya menyerupai lapangan sepak bola. Jadi rumput sintetiknya belang-belang, hijau muda-hijau tua gitu. Kami naik angkot dago-kalapa untuk menuju kesana. Di sepanjang perjalanan, mata kami mengamati keramaian Bandung kala sabtu sore itu. Banyak banget gerai makanan, jadi gak perlu takut kelaperan kalo dah di Bandung. Kami sampai di tempat perberhentian terakhir angkotnya di jalan Dewi Sartika. Kemudian tinggal jalan kaki sedikit menuju ke arah mesjid raya. Manusia sudah tumpah ruah memadati alun-alun Bandung. Oya, sepatu atau sandal juga mesti dilepas ketika akan masuk ke alun-alun agar kebersihan tetap terjaga. Jadi kita tenteng ajah sendal kita. Kami menyelip masuk ke dalam kerumunan sampai akhirnya dapet spot yg enak buat foto-foto dengan background mesjid raya. Abis asik selfian, suara azan magrib pun terdengar. Mba As segera beranjak menuju masjid untuk menunaikan sholat. Aku menunggu di depan pelataran mesjid sambil dengerin mp3 di handphone.

Masjid raya Bandung yang terletak di area alun-alun

Alun-alun yang ramai dipenuhi pengunjung sore itu

Makin sore makin rame

Selfie in Bandung

Happy time 


Dengerin musik sambil nunggu mba As selesai sholat

Setelah mba As selesai sholat, kami pun langsung meluncur ke sekitaran jalan Dewi Sartika untuk mengisi perut. Kami putuskan makan di warung nasi padang Ampera. Warung padang nya saat itu lumayan ramai pengunjung. Setelah kenyang, kita sedikit window shopping di Mall Grand Yogya yg ada di situ. Jalan Dewi Sartika bener-bener rame sama masyarakat yg lagi keliling-keliling disana. Apalagi ini kan malam minggu. Sambil jalan ke tempat ngetem angkot, kami melihat aneka barang dagangan dijajakan di sepanjang jalan. Alhasil aku pun pulang membawa celana pendek pantai berwarna pink. Mba As pun membeli oleh-oleh untuk adiknya.

Setelah puas belanja, sekitar pukul 8 malam, kami pun segera naik angkot untuk pulang kembali menuju hotel. Di perjalanan, mba As ngobrol sama mamang angkotnya, tentunya dalam bahasa sunda. Aku pun roaming jadinya karena gak ngerti apa yg lagi mereka bahas. Cuma berandai coba aja ada subtitle di bawahnya, hahaha..

Sebelum menuju hotel, kami mampir di indomart yg terletak tidak jauh dari hotel. Kami belanja air minum dan camilan untuk besok hari. Kami pun membeli ayam goreng untuk bekal sarapan besok subuh sebelum berangkat menuju tebing keraton.

Esoknya alarm di handphone membangunkanku. Jam 3 pagi aku bangun. Mba As kubangunkan sekitar pukul 4. Kami pun sarapan dan bersiap-siap. Sekitar jam 5 pagi, kami pun berangkat menuju tebing. Kami kesana naik taksi yang berada tidak jauh dari hotel. Setelah nego harga, taksi kami pun langsung meluncur menuju gerbang Tahura Juanda. Perjalanan hanya menempuh waktu kurang lebih 10 menit. Kami tiba dan saat itu masih gelap. Jarang juga orang yg lewat. Akhirnya kami memutuskan untuk duduk di warung sambil memikirkan cara untuk naik ke atas. Kemudian mba As berbincang-bincang dengan bapak pemilik warung dalam dialek Sundanya mengenai ongkos ojek kesana. Setelah dilakukan nego, bapak pemilik warung yg juga ternyata merangkap sbg tukang ojek, mengatakan bahwa kita bisa naik ke atas dgn membayar 75 ribu seorangnya. Kalau berdua satu motor hanya dipungut 100 ribu, itu sudah pp dan ditunggu di atas. Kami pikir kalau kami jalan kaki juga gak akan ngejer waktunya kalo mau liat sunrise. Jauh juga jaraknya. Keburu pingsan di jalan. Jadi daripada buang waktu, akhirnya jadilah kita 3 in 1 an pagi itu. Udara benar-benar dingin. Angin yg berhembus ketika ojek kami meluncur benar-benar menusuk kulitku. Jalanannya juga menanjak curam dan berbatu. Medannya sulit sekali. Tapi bapak ojek itu sudah terlatih jadi bisa mengendalikan motornya dengan baik. Ketika hampir tiba di tebing, berkas sinar matahari mulai terlihat, dan pemandangan yg kulihat dari motor saat itu benar-benar membuatku terkesan. Keren banget. Gunung yg diselimuti kabut tebal begitu cantik.

Perjalanan ke atas memakan waktu sekitar 25 menit. Kami pun tiba di tebing keraton sekitar pukul 6 kurang 10 menit. Setelah membayar tiket masuk sebesar 11 ribu, kami pun menelusuri jalan setapak yg mengarahkan kita ke ujung tebing. Dan ternyata di atas sudah ramai sekali dengan manusia. Kami pun segera mencari spot foto di area yg tidak begitu ramai. Setelah itu kami coba menyelinap ke dalam kerumunan orang di ujung tebing. Setelah mengantri akhirnya dapet juga kesempatan untuk foto di ujung tebing yg dibatasi pagar. Kami berfoto walaupun hanya sebentar saja. Karena di belakang kami sudah mengantri orang-orang yg ingin segera berfoto juga. Huah.. Ga puas euy fotonya. Oya, banyak banget orang yg memanjat melewati pagar pembatas untuk menuju batu di tebing yg paling ujung. Memang ada seutas tali tambang yg akan membantu kita naik turun. Tapi perlu nyali ekstra untuk berani berfoto di ujung tebing yang ga ada pembatasnya itu. Meleng dikit bisa kepeleset dan nyawa pun melayang. Apalagi banyak banget yg turun ke sana, mereka hanya berpegangan pada batu-batu yg ada. Pokoknya mesti ati-ati bangetlah kalo mau extreme selfie disitu.

Pas nyampe udah rame ajah

Great panorama from Tebing Keraton
Kata "karaton" diambil dari bahasa Sunda, artinya keindahan

Suka banget sama viewnya
















Foto jalan setapak yg diambil dalam perjalanan kembali ke gerbang

Selesai foto, kita pun langsung pulang. Ga begitu lama waktu kita habiskan di tebing, karena crowded juga. Apalagi makin siang pasti makin sumpek. Sekitar pukul 6 seprapat, kami pun segera kembali ke gerbang tebing keraton. Disitu mamang ojek kami sudah menunggu. Oya, di dalam tebing tadi si mamang sempet fotoin kita juga lho. Jalanan ketika pulang benar-benar menurun curam dan berbatu-batu. Hal ini membuat aku sangat tidak nyaman di sepanjang perjalanan itu. Tapi akhirnya, kita sampai juga di bawah dengan selamat. Lalu kami jalan kaki dari gerbang tahura menuju jalan raya. Perjalanan kami tempuh sekitar 15 menit. Kami berjalan turun dengan santai melewati sederatan villa dan rumah-rumah mewah. Kami juga melihat banyak bikers yang berusaha mengayuh sepedanya di jalan yg menanjak itu. Dari anak-anak sampai orang yg sudah lanjut usia, mereka semua berolahraga sepeda di minggu pagi itu. Kegiatan yg sangat positif untuk dilakukan. Setibanya di jalan raya, kami menyambung angkot menuju hotel.

Sesampainya di hotel sekitar pukul 8 pagi, kami pun segera menuju resepsionis untuk menanyakan tentang sarapan kami. Sarapan pagi pun ternyata sudah tersedia. Kami hanya perlu membawa kupon yg kami minta dari petugas resepsionis. Pilihan sarapannya ada beberapa macam, dari mulai nasi goreng, mie goreng, bubur ayam dan roti bakar. Minumnya pun bisa pilih dari teh, kopi, atau kopi susu. Kami pilih sarapan dengan nasi goreng dan teh hangat. Kami segera menuju ruang restorasi untuk sarapan. Disana terpampang jadwal untuk sarapan dilayani dari pukul 7 hingga 10 pagi. Kami menukarkan kupon kami ke petugas, dan tidak beberapa lama kemudian makanan kami pun datang.

Tidak terasa kami udah sarapan dua kali pagi ini. Hehehe.. Selesai sarapan kami pun segera kembali ke kamar untuk leyeh-leyeh dan istirahat. Setelah itu kami mandi dan siap-siap packing untuk pulang. Kami check out sekitar pukul setengah 11 pagi. Tidak lupa menukarkan uang deposit yg aku titipkan di awal kedatangan. Setelah itu kami segera berangkat menuju Braga yg letaknya dekat dengan stasiun Hall Bandung. Kami berjalan berkeliling di sepanjang jalan Braga minggu pagi itu. Saat itu masih banyak toko yg tutup. Tapi jangan ditanya kalau semalam, pasti ramai sekali jalanan disini. Banyak tempat duduk disediakan di sepanjang jalan yg kental dengan nuansa bangunan Eropa itu.

Jalan Braga di Bandung

Awalnya kami menuju kafe bernama Sugar Rush yg terletak di sebelah Braga City Walk. Soalnya kata temanku, di sana cake red velvetnya enak, Tapi sayangnya tokonya masih belum buka. Akhirnya kami jalan lurus lagi saja menuju ujung jalan untuk menemukan tempat makan yg oke. Soale aku kepengen nyobain mie kocok. Tapi sampai di ujung ternyata ga nemu. Akhirnya kita memutuskan untuk putar balik, kembali menuju mall Braga City Walk untuk ngadem. Dan pas balik tenyata Suga Rushnya sudah buka. Yey, akhirnya aku beli Red Velvet seharga 30k untuk dibungkus pulang. Memang diantara kue lain, si red velvet ini yg tersisa paling sedikit, tinggal beberapa potong saja. Mungkin saking lakunya ya.

Kafe Suga Rush yang terletak di sebelah Braga City Walk

Red Velvet 30K by Suga Rush

Kami pun kemudian menuju Braga City Walk. Di dalamnya, terdapat restoran bernama The Kiosk yg menjual aneka makanan. Termasuk juga si mi kocok Bandung. Akhirnya kita putuskan makan siang disana. Kami disuruh duduk dulu sambil menunggu mereka menyiapkan bahan-bahan masakan. Memang mereka masih awal buka ketika kami datang, jadi kami sempat menunggu lama sekali sampai ada pelayan yg menghampiri kami. Sembari menunggu, aku mencicipi red velvetnya, dan enyakkk kawan… Setelah penantian yg lumayan panjang, akhirnya pelayan restorannya mendatangi meja kami. Aku memesan mi kocok polos yg berisi mie dan toge. Mba As memesan nasi bakar dan ayam goreng. Kami harus menunggu beberapa saat lagi, sampai pesanan kami tiba. Mie kocoknya rasanya agak plain karena isinya emang cuma mie yg bentuknya gepeng, dan toge. Di menu mie kocok yg standard sebenernya sih ada kikilnya, tapi aku ga pesen itu karena emang ga bisa makan kikil. Makan siang diakhiri dengan pesanan siomay mba As. Perutku kembung kebanyakan minum air karena makan sambel. Emang aku gak kuat pedes tapi nekat coba-coba. 

The Kiosk at Braga City Walk
Restoran yang di desain seperti berada di dalam hutan

Mie kocok polos by the Kiosk

Kemudian kami pulang naik becak menuju stasiun Hall. Selesailah perjalananku di Bandung kali ini bersama Mba As. Bandung memang selalu membawa cerita dan membuatku ingin pergi lagi kesana. Di bawah ini adalah video buatanku yang menampilkan keindahan tebing keraton di Dago, Bandung. Aku memang baru belajar membuat video, jadi masih amatiran. Please watch and enjoy, guys!





LoVe,

Bromo Adventure : Bukit Teletubbies and Pasir Berbisik (Day 2)

Setelah puas foto-foto di Bromo, kami melanjutkan perjalanan menuju Bukit Teletubbies. Kenapa disebut bukit Teletubbies? karena bentuk bukitnya seperti yang ada di film anak-anak Teletubbies, hijau dan berbukit-bukit. Nah, disini kami berfoto-foto sebentar kemudian segera menuju destinasi akhir di kawasan gunung Bromo, yakni Pasir Berbisik. Memang kalau aku dengar, desiran angin disana terdengar seperti sayup-sayup orang yg sedang berbisik. Padang pasir terhampar seluas mata kita memandang. Keren dah..

Bukit Teletubbies, padang savana di gunung Bromo


Aku, Dia dan Kuda

Beberapa kuda lagi pada hang out disana

Welcome to Pasir Berbisik

Padang pasir di gunung Bromo



Groufie bersama kawan-kawan seperjalanan
*Photo credit to kawan setia tour

*Photo credit to kawan setia tour


Selesai dari Pasir Berbisik, kami kembali ke penginapan.
Kami beberes untuk siap-siap pulang ke Jakarta.

Ini dia foto penginapannya
Thanks ya udah ngikutin ceritaku selama di Bromo dan Malang..


See you,
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...