Taman makam kehormatan Belanda, Ereveld Menteng Pulo
Ini Nita ngapain sih main ke tempat yg horror gitu? Mau wisata mistis? Atau pengen nyari wangsit biar tau apa Ahok bakal nerus jabat gubernur apa ga? Hmm.. Memang wisata makam bukanlah hal yg umum bagi kebanyakan orang. Bisa dibilang hanya segelintir orang yg mau jalan-jalan ke tempat yg anti mainstream seperti ini karena butuh niat dan nyali untuk datang kesana.
Niat untuk dateng ke tempat ini sudah ada dari akhir tahun lalu saat blogwalking dan akhirnya menemukan tempat yg indah ini. Namun realisasinya baru dijalankan pada Minggu, 04 Oktober lalu. Untung ada partner in crime aku, Riny yg mau untuk nemenin jalan kesana. Kalo gak, kan tambah aneh aja jalan-jalan di kuburan sendirian.
Setelah mengumpulkan informasi tentang Ereveld Menteng Pulo, beberapa hari sebelum berangkat aku menelepon pihak OGS - Oorlogsgravenstichting (Netherlands War Graves Foundation) di Jakarta untuk menanyakan prosedur untuk dapat masuk ke dalam taman makam tersebut. Aku akhirnya dijelaskan oleh ibu petugasnya, bahwa kalau mau kesana cuma mau melihat-lihat saja tidak perlu ijin tertulis. Cukup bilang saja bahwa kami sudah meminta ijin by phone ke pihak OGS. Tapi kalau ingin datang untuk keperluan seperti liputan untuk media cetak, atau keperluan komersial lainnya harus melewati prosedur perijinan yg lebih lengkap, Yess, akhirnya aku bisa juga kesana besok Minggu. Kebetulan aku juga pengen nyobain ibadah minggu di JPCC di mall Kota Kasablanka. Ereveld Menteng Pulo adanya kan di belakang apartemen Kasablanka. Jadi kan sekalian aja tuh. Gak jauh jaraknya.
Paginya aku ke gereja di JPCC dulu kemudian lanjut ketemuan sama Riny di Mall KoKas. Kami makan siang dengan bekal bakmi yg dibawain Riny. So yummyyy.. Makasih ya Rin. Setelah itu kami melanjutkan petualangan kami mencari letak kuburan belanda itu berada. Setelah bertanya kepada petugas security yg ada di sekitaran gedung kokas, akhirnya kita diberikan petunjuk untuk masuk ke sebuah gang kecil yg ada disana. Agaknya bertanya tentang letak kuburan belanda itu membuat orang-orang yg kami tanyai mengernyitkan dahi. Mungkin mereka pikir, ini ngapain dua cewe siang-siang nanyain jalan ke kuburan belanda? Mau ngapain di kuburan? Hahaha..
Melewati gang sempit itu, kami masih sempat bingung dan tersasar ke gang yg ujungnya mentok karena orang yg kami tanyai di jalan juga tidak memberikan informasi dengan akurat. Setelah membeli minum di warung kecil dan bertanya arah kepada penjaga warung, barulah kami tau bahwa di persimpangan tadi harusnya kami tidak usah belok tapi lurus saja. Setelah kami berjalan mengikuti jalan utama, tibalah kami di sebuah pertigaan. Di hadapan kami terdapat makam yg kurang terurus, dan disisi jalannya terdapat banyak penjual batu nisan. Kami masuk ke daerah makam tersebut, dan bertanya tentang letak kuburan Belanda. Kami diarahkan lurus kemudian belok ke kiri. Dan aku pun melihat dari luar gerbang jejeran makan Belanda seperti yg kulihat di internet. Ini pasti tempatnya. Kami pun memberanikan diri memencet bel di pintu gerbang. Setelahnya, keluarlah seorang bapak penjaga makam menghampiri kami. Kami mengutarakan niatan kami untuk berkeliling melihat-lihat makam. Lalu ketika ditanya mengenai ijin, kami bilang bahwa kami sudah menelepon ke pihak OGS sebelumnya. Pak penjaga yg aku lupa tanyain namanya itu pun, segera membukakan pintu gerbang dan mengajak kami masuk ke dalam. Bapak itu sekaligus menjadi guide kami dalam mengelilingi kompleks taman makam yg luas nan rapi itu. Bapak itu menjawab setiap pertanyaan yg kami ajukan dengan ramah. Kami hanya berani mengambil satu dua buah foto saja di dalam kompleks pemakaman tersebut, untuk kenang-kenangan. Karena mengambil foto di dalam sana memang tidak boleh sembarangan. Butuh ijin yg lengkap terlebih dahulu.
Kami diantar berjalan melewati jejeran nisan putih yg tersusun rapi. Jenis-jenis nisan yg ada disana bermacam-macam. Bapak petugas menjelaskan yg berbentuk salib, berarti korban perang berjenis kelamin laki-laki dan beragama Kristen. Sementara nisan salib dengan motif bunga diujung-ujung papannya, berarti korban perang agresi militer belanda berjenis kelamin wanita dan beragama Kristen. Untuk yg nisannya berbentuk setengah lingkaran berarti untuk korban yg beragama Tao. Untuk yg nisannya berbentuk gelombang di atasanya berarti beragama Islam. Untuk yg nisannya berbentuk bintang segi enam, berarti beragama Yahudi dan untuk nisan yg berukuran lumayan besar, berarti makam tersebut gabungan makam dari beberapa agama. Ada juga nisan yg berbentuk salib mini, itu berarti nisan korban perang untuk anak kecil.
Kubur tentara KNIL pribumi beragama Islam yang tewas dalam perang
Foto dari sini
Foto dari sini
Patung anak kecil sebagai lambang bagi korban perang anak-anak yg kelaparan.
Mereka digambarkan bertubuh amat kurus sampai tulang-tulangnya kelihatan.
Perutnya juga membuncit karena busung lapar.
Dan ada tangan orang dewasa yg mencengkeram bahu mereka.
Foto dari sini
Prasasti penghormatan terhadap korban perang di Glodok
Foto dari sini
Bapak tersebut telah bekerja selama 17 tahun di bawah naungan pihak kerajaan Belanda. Ia juga bercerita bahkan disana ada yg bekerja sampai masa pensiunnya. Sepertinya pihak kerajaan Belanda benar-benar memperhatikan kesejahteraan karyawannya, sehingga mereka mau mengabdikan diri dan berdedikasi untuk menjaga makam begitu lama.
Kami kemudian diajak masuk ke sebuah teras dimana berjejer abu jenazah para tentara KNIL. Bagian ini yang disebut Columbarium, digunakan sebagai tempat penyimpanan abu jenazah tentara Belanda yang tewas ketika menjadi tawanan perang tentara Jepang. Kulihat ada seikat bunga yg telah kering terpajang di di dekat abu salah satu tentara. Hal itu menandakan adanya kunjungan dari pihak keluarga yg telah ditinggalkan.
Ada juga sebuah tempat di pojok di bawah kubah kehijauan di Columbarium dimana terletak sebuah pot abu yg merupakan tempat penyimpanan abu jenazah tawanan perang yang tidak dikenali. Di teras itu terdapat beberapa pilar yg menopang bangunan tersebut. Kaca patri yg berwarna-warni menambah keindahan bangunan tersebut. Di depan teras terdapat kolam ikan koi yg begitu asri dan bunga teratai yg menambah keasrian kolam tersebut.
Columbarium dan kolam ikan yg asri
Ikan koi berenang-renang dan menjadi tontonan yg menghibur
Foto dari sini
Kubah berwarna kehijauan yang menyerupai kubah masjid itu berada di bagian selasar bangunan.
Foto dari sini
Berjalan di antara jejeran abu jenazah para tentara KNIL.
Bagian ini yang disebut Columbarium.
Digunakan sebagai tempat penyimpanan abu jenazah tentara Belanda.
Mereka tewas ketika menjadi tawanan perang tentara Jepang.
Digunakan sebagai tempat penyimpanan abu jenazah tentara Belanda.
Mereka tewas ketika menjadi tawanan perang tentara Jepang.
Foto dari sini
Kami kemudian berjalan dari selasar teras menuju sebuah bangunan gereja bernama Gereja Simultan. Para pejiarah yg datang bisa berdoa untuk keluarga mereka disana. Gereja Simultan (Simultaankerk) yang berada di tengah-tengah Ereveld Menteng Pulo ini bukan saja unik, namun juga indah, bersejarah, dan terawat baik. Unik lantaran bangunannya setidaknya memiliki ciri gereja dan masjid dengan adanya lonceng, kubah, serta simbol empat agama pada dek pertama minaret, yaitu Bulan Bintang melambangkan Islam, Salib untuk Kristen, Yin-Yang untuk Tao, dan Bintang Daud untuk Yahudi. Menara setinggi 22 meter yg berhias simbol empat agama ini, yang berada diantara bangunan utama Gereja Simultan dengan Columbarium. Pengunjung bisa menaiki tangga menara dan melihat pemandangan dari atas, namun kami tidak bisa naik waktu itu karena hari sudah sore dan pintu untuk masuk ke menara sudah dikunci.
Gereja Simultan di dalam komplek Ereveld Menteng Pulo
Foto dari sini
Menara bangunan menambah keunikan gereja ini.
Terdapat empat simbol agama di atap dek
Terdapat empat simbol agama di atap dek
Foto dari sini
Sebutan Gereja Simultan menunjukkan bahwa gereja ini merupakan gereja bersama bagi umat Kristen dan Katolik. Mungkin karena gereja ini tidak digunakan sebagai tempat ibadah yang rutin, namun hanya dipakai bagi peziarah Ereveld Menteng Pulo. Dibawah ini adalah ruang depan Gereja Simultan dilihat dengan posisi menghadap ke pintu utama, dengan sebuah mimbar kayu dimana terdapat kitab Injil kuno yang ditulis dalam Bahasa Belanda. Kitab ini disimpan di dalam kotak yang ditutup kaca.
Mimbar kayu
Foto dari sini
Suasana di dalam gereja Simultan
Foto dari sini
Salib memorial di Gereja Simultan ini dibuat dengan menggunakan bantalan rel kereta api Burma, sebagai penghormatan bagi tentara Belanda, Inggris, Australia dan Amerika yang menjadi tawanan perang tentara Jepang, dan tewas selagi menjalani kerja paksa untuk membuat jalur kereta api dari Burma ke Thailand. Jalan Kereta Api Burma, yang dikenal juga sebagai Jalan Kereta Api Maut, adalah jalan kereta api sepanjang 415 kilometer yang menghubungkan Bangkok di Thailand dan Rangoon di Burma (sekarang Yangon di Myanmar), dibangun Balatentara Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II guna mendukung angkatan perang mereka dalam serangan militer ke Burma.
Salib sebagai memoar peringatan akan kekejaman romusha
Foto dari sini
Setelah selesai mengitari isi di dalam gereja, kami beranjak keluar ruangan dan menemukan sebuah genta besar yg iconic banget di depan bangunan Gereja Simultan. Setelah meminta ijin kepada petugas, kami berfoto di depan genta besar berangka tahun 1950 tersebut.
Kenang-kenangan dari Ereveld Menteng Pulo
Kami pun lanjut berkeliling makam dan bapak petugas tetap setia menemani kami menceritakan tentang Ereveld Menteng Pulo. Di antara jejeran nisan, aku menemukan sebuah karangan bunga berbentuk lingkaran dan berhiaskan bendera Belanda. Dalam setahun terdapat dua kali peringatan yang dilaksanakan di sini. Yang pertama adalah peringatan invasi Jerman ke Belanda tanggal 14 Mei, dan yang kedua peringatan berakhirnya Perang Dunia II di Asia tanggal 15 Agustus. Saat peringatan berlangsung, Ereveld Menteng Pulo dikunjungi oleh beberapa warga Belanda dan perwakilan negara sahabat yang tinggal di Jakarta. Mereka berkumpul di dalam gereja, mendengarkan pidato dari Duta Besar, lalu berjalan beriringan menuju monumen bendera untuk berdoa dan meletakkan karangan bunga di atas makam.
Kami menyusuri sebuah lorong teduh yg beratap tanaman merambat yg digunakan para pejiarah untuk ngadem sembari beristirahat. Oya, diantara nisan-nisan dan pot abu jenazah tersebut ada yg bertuliskan ONBEKEND yg dalam bahasa Belanda artinya “tidak dikenal”. Jadi tau deh kalo kata “beken” yg kita sering dengar itu berasal dari serapan bahasa Belanda yg dulu pernah menjajah kita. Orang beken artinya orang terkenal. Onbekend adalah lawannya yg artinya tidak dikenal. Di belakang nisan juga terdapat nomer yg menunjukkan alamat dari nisan tersebut. Biar gampang kali ya buat yg jiarah kalo mau nyari makam keluarganya.
Lorong teduh gazebo beratap tanaman merambat rosarium
Foto dari sini
Setelah berkeliling komplek makam dan tiba di akhir perjalanan, kami duduk-duduk di bangku taman yg beratap tanaman merambat untuk meneduh sambil beristirahat. Sang pak penjaga meninggalkan kami dan kembali ke aktivitasnya menyirami rumput dan lain-lain. Kami meluruskan kaki, bersantai ditemani angin sepoi-sepoi di siang terik itu sambil memandangi jajaran nisan putih yg sangat rapi. Sensasi nongkrong yg ga mainstream banget kan. Kami ngobrol, bercanda ngalor-ngidul sambil bayangin kalo ada orang yg mau pacaran di tempat yg ga biasa tapi pengen budgetnya irit. Bisa jadi ide briliant kan? Hahaha..
Santai sore sembari menikmati ketenangan dan angin semilir
Kami kemudian mohon ijin pulang kepada bapak petugas sekalian mengucapkan terima kasih karena telah mau menemani kami berkeliling di komplek makam yg cantik ini. Tidak lupa sebuah salam tempel juga aku selipkan ketika kami ijin pulang. Di tengah himpitan hutan beton bernama apartemen, masih terdapat taman makam yg amat terawat dan jauh dari kesan angker, dimana para korban perang tidur dengan tenang untuk selama-lamanya disana.
Lonceng di gerbang masuk
Akhirnya kesampean juga ya kesini..
^0^
Salam Jalan-Jalan,