Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta
Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 9 pagi, menuju stasiun Bekasi. Dari sana aku naik kereta jurusan Kota, menuju Manggarai. Di terminal Manggarai aku sudah janjian dengan temanku untuk ketemuan pukul setengah 11. Hari itu perjalanan lancar tanpa hambatan, dan akhirnya aku pun berjumpa juga dengan temanku. Lantas kami naik bis no 17 yang menuju pasar Senen, dan turun di depan Taman Ismail Marzuki, tepatnya di daerah Cikini.
Sampai disana, aku merasa lega karena ternyata planetariumnya buka. “Ah, Lucky..!!” Kami segera mengantri untuk pertunjukan pukul 1 siang. Disana antriannya sudah sangat banyak. Loket antrian dibuka satu jam sebelum pertunjukan. Dengan sabar kami menunggu hingga loket dibuka pukul 12. Sambil mengantri aku berbincang-bincang dengan temanku mengenai perkerjaan kami masing-masing di tempat yang sekarang.
Akhirnya loket dibuka dan kami mengantri di urutan lumayan jauh di belakang. Kapasitas tempat duduk yang disediakan sebanyak 320 kursi. Di monitor bisa terlihat berapa lagi tiket yang tersisa dalam antrian tersebut. Sayangnya ketika sudah sebentar lagi sampai ke giliran kami, tiket sudah ludes. Huah, mau tidak mau kami harus mengantri ulang untuk jadwal pemutaran terakhir hari itu yaitu jam setengah 3 siang. Pesan moralnya adalah, kalau ingin menonton pertunjukkan disana, sebaiknya datang dari pagi agar tidak kecewa. Apalagi ketika hari libur, dimana penonton banyak didominasi oleh anak-anak sekolah dan orang tuanya.
Walaupun loket antrian baru dibuka pukul setengah 2, kami tetap mengantri karena takutnya kalau kami tinggal, antriannya bakal cepat membludak lagi. Kami bergantrian menjaga tempat duduk. Oh ya, FYI disana untuk mengantri disediakan tempat duduk. Lalu aku pergi membeli siomay untuk kami makan, karena hari sudah siang dan perut kami sudah lumayan keroncongan. Setelah puas menikmati siomay, mba Asni pergi untuk sholat dan gantian aku yang menjaga antrian. Akhirnya loket dibuka dan aku bergegas menunggu giliran di antrian. Tiket untuk dewasa dipatok seharga 7 ribu rupiah, sementara anak-anak hanya separuhnya, seharga 3500 rupiah. Murah, bukan? Dengan animo masyarakat yang antusias datang kesana, terbukti bahwa masyarakat kita merindukan hiburan yang sekaligus mendidik dan tentunya dengan tiket masuk yang terjangkau bagi semua kalangan. Saya rasa kalau tempat ini semakin diperbaiki, kedepannya akan semakin besar minat masyarakat untuk datang dan belajar di tempat ini.
Setelah mendapat tiket, lantas kami mengantri lagi didepan tangga masuk menuju ruang pertunjukkan, agar kami bisa memilih kursi nantinya. Antriannya sangat penuh dan gerah sekali. Kami sampai pegal berdiri karena pertunjukkan baru dimulai pukul setengah 3. Ketika pintu masuk dibuka, orang-orang langsung berlarian berebutan kursi. Kebetulan kami mendapat posisi kursi yang enak, tepat ditengah-tengah kubah. Seperti anak kecil, kami sangat excited menunggu pertunjukan dimulai. Kami asik berfoto-foto dulu, terus juga menyesuaikan sandaran kursi kami agar kami bisa menonton dengan nyaman. Kalau biasanya layar di bioskop ada didepan, kali ini layarnya ada di atas, dilangit-langit kubah. Sungguh hal yang baru buat kami berdua.
Foto-foto dulu saat ngantri :p
Di dalam ruang pertunjukkan
Akhirnya pertunjukkan pun dimulai. Seisi ruangan berubah menjadi gelap, dan langit-langit kubah seketika bertaburan begitu banyak bintang. Huahhhh… cantik sekali langit malam itu! Ada juga tutor yang menjelaskan kepada kami sepanjang pertunjukkan. Tutor itu suka memasukkan unsur joke kedalam setiap penjelasannya sehingga kami jadi merasa terhibur. Tapi sayangnya ia berbicara dengan lumayan cepat jadi kadang ada informasi yang tidak bisa kutangkap dengan baik. (mungkin ngejar durasi kali ya, soale cuma sejam doing, hehe..)
Di sepanjang pertunjukkan kami dibawa terperangah akan indahnya angkasa. Kami seakan diajak terbang ke angkasa dengan roket dan mengamati angkasa dari dekat. Langit kita sebenarnya di penuhi banyak sekali bintang. Tapi di perkotaan seperti disini sulit sekali melihat bintang. Menurut penjelasan tutor, langit di perkotaan sudah tertutup oleh banyak polusi, sehingga menyebabkan kita hanya melihat sedikit bintang di malam hari. Anak muridku yang pernah tinggal di Belitung pernah bercerita kalau langit malam disana sangat indah bertaburan bintang. Mungkin karena disana hanya ada sedikit pabrik sehingga langitnya masih cerah dan ribuan bintang bisa terlihat jelas disana.
Sejam telah berlalu, tak terasa pertunjukkan pun telah usai. Ah, rasanya aku dan Mba Asni tidak ingin beranjak dari kursi kami. Kami masih ingin melihat alam raya yang begitu indah dan menakjubkan. Rasa penat kami ketika mengantri, cukup terbayarkan dengan pertunjukkan tadi. Penonton berhamburan keluar. Beberapa diantara mereka, termasuk kami, merasa agak sedikit pusing, karena dari tadi posisi kepala kami selalu mendongak keatas. Hehe..
Mba Asni pun langsung solat, dan tak lama setelah itu kami pun meninggalkan planetarium. Yang paling aku suka dari perjalanan ini adalah pengalaman baru yang kudapat. Penonton di sesi kami pun sangat kompak. Setiap ada hal baru yang muncul di langit, semua langsung bertepuk tangan. Ruangan penuh dengan gemuruh suara penonton, padahal sebelumnya sudah diingatkan oleh tutor untuk tidak berisik selama dalam pertunjukkan. Tapi rasa excited kami tidak bisa dibendung, sehingga tetap saja ruangan ramai oleh suara penonton. Xixixixi…..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami ke @America di Pacific Place Jakarta. Kami naik busway menuju ke sana dan turun di halte Polda. Untuk masuk kesana tidak dipungut biaya alias gratis. Terletak di lantai 3, di pojok ruangan. Kami masuk dan melihat-lihat informasi mengenai segala yang berbau Amerika. Ada juga pojok untuk berkonsultasi jika ingin melanjutkan studi ke Amerika. Lalu kami bermain-main dengan Liquid Google, semacam google earth yang biasa kita lihat di internet, tapi ini dengan versi layar super besar. Kita bisa mencari tempat yang ingin kita lihat, hanya dengan menggerakkan alat di tengah-tengah yang berbentuk semacam joystick. Ada juga tombol pilihan tempat-tempat yang terkenal di dunia. Jika kita mengkliknya maka google earth akan langsung mengarahkan kita kesana.
Perjalanan hari itu pun berakhir. Aku pulang dengan naik bis jurusan Blok M- Bekasi dari depan SCBD, dan berpisah dengan Mba Asni. Sungguh benar-benar hari yang menyenangkan dan berkesan.
sumber gambar klik disini
nanya dong, buka setiap hari ga? dan kalo pertunjukan itu cuma pas weekend atau hari kerja juga ada? :D
BalasHapusHallo Marsya, makasih udah berkunjung ke ruang kecil saya.. Setau saya planetarium tutup kalo hari senin untuk maintenance. Hari libur Nasional juga tutup. Jadi bukanya hari selasa-jumat, sabtu, minggu juga buka.. Untuk lebih jelasnya bisa search di wikipedia juga ada,, ^^
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterima kasih infonya. menjadi pertimbangan sy utk mengajak anak sy yg baru SD kelas 1. disayangkan antrian panjang dan terbatas akan menyulitkan. semoga mendapat perhatian pemprov dki utk memperbanyak kapasitas shg tidak lama mengantri.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya ke ruang kecil saya.. Saya juga senang kalau bisa membantu memberi informasi. Iya, saya harap juga demikian. Semoga planetarium semakin baik ke depannya dalam memberikan layanannya kepada masyarakat.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya Elroy.. Senang bisa berbagi infromasi ^^
Hapus