Minggu, 27 Desember 2015

Repost: SECANGKIR KOPI SEBAGAI PENGINGAT

Nama Denny Siregar menjadi nyaring di dunia maya lewat tulisannya di media sosial pesbuk. Saya pun mendengarnya baru-baru ini lewat teman kantor yg bercerita bahwa ia suka membaca dan update berita lewat tulisannya di fb. Gaya bahasanya yg tidak mengawang-awang khas politik, membuat tulisannya digemari oleh masyarakat awam. Saya pun jadi melirik blognya yg berisi kumpulan tulisan-tulisannya di fb. Saya tertarik akan sudut pandangnya dalam menggambarkan suatu masalah atau hal yg sedang terjadi. Membaca tulisannya yg berisi tentang fiosofi kehidupan yg kerap dihubungkan dengan kegemarannya akan secangkir kopi, membuat saya akhirnya kembali bersemangat menulis. Saya pun ingin membagikan salah satu tulisannya yg berikut ini. Semoga bermanfaat!

15 Desember 2015,
DENNYSIREGAR.COM – Sekali-sekali duduklah kita sejenak dan diamlah. Minumlah secangkir kopi jika suka…
Bayangkan masa kecil, masa dimana kita adalah mahluk yang sangat lemah. Saking lemahnya, kita bahkan tidak mampu berbuat apa2. Begitu tergantungnya kita pada orang tua kita.
Pernahkah kita tidak percaya kepada mereka? Mereka lempar kita keatas, kita tertawa terbahak-bahak. Mereka tidak ada, kita menangis kehilangan. Mereka mengajak kita kemanapun, kita ikut dengan sukacita.
Itulah kepercayaan.
Kepercayaan ada saat kita menyerahkan semuanya kepada penjaga kita. Tanpa penentangan, tanpa kesombongan sebagai seorang yang punya banyak rencana. Kita benar-benar pasrah, memasrahkan apapun yang terjadi pada kita. Kenapa bisa begitu? Karena kita ber-prasangka baik kepada mereka.
Dan perhatikan saat kita menangis karena tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Mereka mengarahkan kita, memalingkan kita dari sesuatu yang buruk yang nanti akan menimpa kita, mereka paham apa yang terbaik bagi kita. Kita yang tidak paham karena kita hanya fokus pada apa keinginan kita.
Dan lihatlah kita sekarang dan hubungan kita dengan Tuhan.
Apa yang terjadi pada kita ? Semakin kita merasa mampu mandiri, semakin kita sombong. Semakin kita merasa bahwa kita mampu segalanya. Kita merasa punya banyak rencana dan semua rencana kita adalah yang terbaik bagi kita. Padahal kita tidak sadar, bahwa semua itu hanya nafsu kita saja.
Disaat rencana kita dipatahkan dan hidup kita dijatuhkan, kita menangis. Persis seperti saat kita kecil dan tidak mendapat apa yang kita inginkan. Semakin sombong kita, semakin kita tidak percaya bahwa kita diberikan jalan yang terbaik. Kita tidak lagi percaya pada kuasa-Nya, meski lidah berkata “Tuhan…” seperti dulu saat kita memanggil, “Papa..” tetapi hati kecil kita menentang.
Ah, manusia…. Semakin tinggi ia berada, semakin jauh ia dengan keimanan-nya. Padahal dalam setiap ujian, Tuhan ingin kita mendekat kepadaNya supaya kita tidak lupa siapa kita sebenarnya. Kita sebenarnya hanyalah seorang anak kecil, tapi besar kepala….
Sumber dari sini

Love,

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...