Kamis, 12 Juni 2014

Keliling Jakarta bareng #MpokSiti

Saya menulis ini disaat perasaan saya yang sedang merasa hambar akan rutinitas pekerjaan yang saya lakukan. Ya, menulis adalah cara saya untuk kembali megungkapkan isi hati dengan jujur, tulus dan membuat hati saya lebih bahagia. Sosok pribadi Tuhanlah yang saya sangat rindukan saat ini untuk memeluk saya dengan kedua tangannya yang penuh dengan cinta, kemudian memberi saya rasa bahagia dan damai. Tiada pernah Ia mengecewakanku. Sekalipun aku sering mengecewakanNya.

Untuk beberapa minggu ini saya tidak punya waktu untuk menulis karena merasa capek dan inginnya hanya langsung tidur ato melakukan hal santai lainnya saat dirumah. Padahal rasa malas itu sebenernya juga adalah bikinan saya sendiri kalo boleh dibilang. Itu adalah sebuah excuse saja. Saya merasa tanggungan 2 tulisan berikut ini seperti terus mengejar-ngejar agar saya segera memainkan jari-jari di tuts keyboard laptop. Inilah salah satu hasil dari petualangan saya dan sahabat saya sebulan yang lalu.

---00---


Bertepatan dengan hari kenaikan Tuhan Yesus, tanggal 29 Mei 2014, aku pertama kalinya menjajal yang namanya bus wisata keliling Jakarta atau yang dikenal dengan nama Jakarta City Tour Bus. Bis ini memiliki nama gaul yaitu Mpok Siti karena semua drivernya adalah wanita. Bis ini sudah memikat perhatianku sejak pertama kali mengetahuinya lewat mba google. Aku penasaran bagaimana sih perasaan naik bus tingkat. Apa seperti bis tingkat yang di kota Paris itu. Ternyata ya memang beda. Kalo yang Paris kan pas di tingkat duanya tidak ada atapnya. Sementara di Jakarta hal itu kurang memungkinkan karena alasan kondisi kesehatan. Asap polusi di kota Jakarta bisa mengganggu kesehatan paru-paru. Belum lagi aku ngebayangin, kalo kita ga awas saking asik ngeliat kekanan kiri, and tiba - tiba kita ga sadar ada cabang pohon udah nangkring di depan muka kita, apa gak amsyong muka kita. Hehe..

Siangnya aku ke gereja dulu dari jam setengah 12 sampai jam setengah 2. Kemudian aku segera meluncur ke terminal Blok M karena disanalah meeting point aku dengan rekan seperjalananku, Mba Asni. Dibis aku makan KFC yang bento box untuk menghemat waktu. Jalanan di hari kamis itu sangat lengang, karena memang hari libur. Bis ku pun melesat tanpa halangan, dan aku pun sampai di terminal Blok M pukul dua siang. Kami segera meluncur ke halte Bundaran HI karena disanalah halte bis City Tour berada. Tapi karena sedang ada proyek pembangunan stasiun MRT, maka Bis TJ kami tidak berhenti dsitu melainkan di halte Sarinah. Setelah mencari tau ke petugas halte busway, ternyata kami bisa naik bis City Tour dari halte Sarinah. Dan benar saja, sudah ada bis City Tour yang lagi mangkal disana. Aku dan mba Asni segera berjalan cepat agar tidak ketinggalan bis.

Halte Bundaran HI yang di nonaktifkan sementara waktu karena project MRT

Bis tingkat ini beroperasi setiap hari. Kalo hari Senin sampai Sabtu dari pukul 9 pagi sampai 7 malam, sementara kalo hari minggu beroperasi dari jam 12 siang sampe jam 7 malam karena Minggu pagi ada Car Free Day. Halte yang menjadi rute tour dan disinggahi sebenarnya banyak, tapi kalo mau amannya ya nunggu ajah di Halte Sarinah ajah. Karena bis City Tour ini tidak memperbolehkan penumpangnya berdiri karena mesti tetap memprioritaskan kenyamanan. Jadi kalo penumpangnya udah penuh ya terpaksa gak berhenti di setiap halte. Apalagi kalo hari libur, which is pasti rame sama anak-anak yang lagi libur sekolah. Oh ya bus City Tour ini gratis sampai akhir tahun lho ternyata, bukan sampai akhir Mei seperti yang diketahui lewat inet. Itu kata mas guidenya yang merupakan anggota komunitas Historia Jakarta. Bis City Tour ini mengajak kita mengelilingi Jakarta sembari mengenal history di belakangnya. Seperti penamaan halte Sarinah yang baru saya ketahui ternyata adalah nama mbok yang mengasuh presiden Sukarno. Nama mbok Sarinah dipakai sebagai nama jalan yang saat ini dikenal akan kesibukan perkantorannya, karena jasa-jasa mbok Sarinah kepada Sukarno.

Kami duduk di lantai dua agar bisa menikmati pemandangan kota Jakarta dengan view yang lebih istimewa. Banyak anak-anak yang naik bis ini ditemani oleh orang tua mereka. Mereka terlihat sangat antusias ketika bis ini mulai berkeliling. Kami diajak mengelingi daerah-daerah ini:

Bundaran HI—Sarinah—Museum Nasional—Halte Santa Maria—Pasar Baru—Gedung Kesenian Jakarta—Masjid Istiqlal—Istana Merdeka—Monas—Balaikota—Sarinah—Bundaran HI

  Suasana jalanan ketika bis mpok Siti akan mulai berangkat. Macet..

 Bundaran HI yang saat ini sedang di rombak. 
Kita lihat wajah barunya akan seperti apa nanti.

 Jangan lupa foto-foto dulu..
Penumpang yang lain juga banyak yang asyik foto-foto lho.

 Selfie mode ON

 Bis City Tour yang laris manis, penuh dengan penumpang.

Anak-anak sangat excited diajak berkeliling dengan bis tingkat.

 Masyarakat yang ingin gantian naik bis tingkat ini pun sudah banyak

 Dan akhir dari perjalanan ini pun tiba.
Penumpang antri turun dari bis.

Mba Asni bergaya di depan Bis City Tour seusai berkeliling.

Aku sangat menikmati perjalanan naik bis ini, begitu pun mba Asni. Selesai kami berkeliling Jakarta sekitar kurang lebih satu jam, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Magnum Cafe. Ini adalah kunjunganku yang kedua kalinya kesini. Dan antrinya masih sama parahnya. Kami menunggu sekitar setengah jam untuk mendapat tempat duduk. Setelah menghabiskan es krim, kami segera meluncur menuju Plaza Indonesia. Aku penasaran dengan seberapa premiumnya mall ini. Dan ternyata memang sangat premium, terlihat dari kondisi mall nya yang cenderung sepi. Hanya kulihat sedikit pengunjung di mall ini, dan ada beberapa kaum ekspatriat disana. Harga barang yang dibanderol disana tidak main-main. Jam tangan bisa sampai 2 juta. Tas kecil selempang yang dari kulit itu dibaderol hampir sejuta sendiri. Memang mall ini mempunyai pangsa pasar untuk kelas atas dan kaum ekpatriat. Setelah cuci mata di PI, aku mesti segera pulang karena jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam. Aku dan mba As segera mencari pilihan alternatif untuk pulang. Kami naik kopaja jur Blok M. Mba As turun di Blok M, sementara aku turun di st. Sudirman. Aku baru pertama kali ke stasiun ini dan lumayan penasaran juga karena kata temenku stasiun ini bagus ada eskalatornya. Tapi ternyata setelah disamperin, stasiunnya biasa ajah. Hehehe..

Setelah perhentian yang cukup lama di jalur kereta menuju st. Manggarai dikarenakan adanya antrian kereta, akhirnya aku pun tiba di stasiun Bekasi sekitar pukul 8 malam. Saat ini jika ditanya masih inginkah aku naik bis City Tour lagi, pastinya aku akan menjawab iyesss. :))

Sudah pernahkah kalian mencoba Bis City Tour Jakarta? 


Cheers,

2 komentar :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...