(Sumber foto: liveniping.com)
Bisa bertualang ke Nepal gratis? Wow, membayangkannya saja hatiku sudah berdebar-debar. Sebuah kebetulan ketika membuka notifikasi AirAsia lewat email, aku membaca tentang kompetisi blog ini. Kompetisi menulis ini diadakan oleh AirAsia sebagai bagian dari perayaan 10 tahun AirAsia Indonesia. Melihat hadiahnya jalan-jalan gratis, aku langsung tertarik untuk menjajal kompetisi ini.
Jujur sebelumnya belum pernah terlintas di pikiranku untuk mengunjungi negeri yang kaya akan budayanya ini. Barulah, setelah mengetahui adanya sebuah kesempatan dari AirAsia untuk mengunjungi Nepal secara cuma-cuma, aku jadi mulai ingin tahu lebih banyak tentang negara Nepal.
Aku segera mencari tahu informasi di internet untuk mengetahui apa saja yang bisa dieksplor di negara yang terkenal akan pemandangan gunung Himalayanya yang mempesona ini. Ternyata semakin membacanya, semakin ingin aku untuk bisa benar-benar menginjakkan kaki disana.
Jika Tuhan berkehendak dan aku diberi kesempatan untuk bisa mewujudkan mimpi petualanganku ini, maka kira-kira seperti inilah mimpi petualanganku 5 hari 4 malam di negara tersebut:
Hari pertama
Dengana asumsi sampai di Bandara Internasional Tribhuvan, Kathmandu pada sore hari, aku dan kawanku akan langsung menuju ke penginapan di Nagarkot, dengan menggunakan transportasi penjemputan dari bandara yang kami minta sebelumnya kepada pihak hotel. Kami akan menghabiskan malam disana sembari mengistirahatkan badan kami yang lelah karena perjalanan jauh.
Pemandangan langit Nagarkot
(Sumber foto: virtri.com)
Hari kedua
Besoknya kami akan bangun pagi-pagi sekali untuk menikmati pemandangan matahari terbit di Nagarkot. Wah jika dibayangkan, pasti cantik sekali pemandangannya! Bisa menatap awan-awan yang terbentang luas di bawah kita, serasa negeri di atas awan. Setelah puas menikmati keindahan pegunungan Himalaya dan selesai sarapan, kami akan langsung menuju ke Pokhara sekitar jam 10 pagi. Dari blog yang sangat menginspirasi ini, didapat informasi bahwa untuk menuju Pokhara dari Nagarkot lewat jalur darat, dibutuhkan waktu tempuh kurang lebih selama 8 jam. Sebuah perjalanan yang memakan waktu panjang, tapi pastinya akan tetap kami buat asik. Untuk menuju kesana kami akan menggunakan jasa mobil sewaan.
Hari kedua ini akan diisi dengan bermalam di penginapan yang berlokasi di tepi danau Pokhara yang eksotis. Menikmati tepian danau Phewa yang cantik pasti akan menjadi hal yang sangat menyenangkan. Danau Phewa itu istimewa karena katanya seperti cermin, bisa memberikan refleksi yang indah pada perbukitan yang mengelilinginya.
Danau Phewa
(Sumber foto: neverstoptravelling.com)
Hari Ketiga
Hari ini akan diisi dengan seharian mengeksplor Pokhara. Setelah sarapan, kami akan melanjutkan perjalanan menuju Tashi Palkhiel yang merupakan tempat pengungsian warga Tibet di Pokhara. Aku penasaran sekali ingin melihat biksu-biksu Tibet secara langsung. Kalau bisa, aku juga ingin mengobrol dan berfoto dengan mereka. (Tetap narsis ya, hehe..) Disana aku juga ingin belanja souvenir kerajinan tangan khas Tibet.
(Sumber foto: kierandmurray.com)
Tempat lainnya yang ingin sekali aku eksplor di Pokhara adalah Danau Phewa itu sendiri. Danau yang cantik ini, semakin cantik karena dihiasi oleh perahu-perahu kecil berwarna-warni yang disewakan. Kalau waktu memungkinkan, maka kami akan melakukan pendakian ke bukit Ananda untuk memandangi keindahan Pokhara dan danau Phewa dari atas ketinggian bukit. Kami akan menyewa perahu untuk sampai di bawah bukit. Kemudian memulai pendakian kecil kami dengan melalui tangga-tangga terjal dan jalan-jalan yang menanjak. Di puncak Bukit Ananda juga terdapat Pagoda Perdamaian Dunia.
Hari Keempat
Kami akan kembali bangun pagi-pagi dan beranjak ke atap penginapan untuk menyambut datangnya mentari yang berhiaskan pegunungan Himalaya. Lalu kami akan bergegas untuk siap-siap ke bandara dan meninggalkan Pokhara usai sarapan. Berdasarkan hasil pencarian informasi dari blog yang keren ini, biaya pesawat menuju Kathmandu untuk sekali jalannya itu ternyata lumayan mahal, sekitar 90 dollar. Tapi demi mengejar waktu dan tempat lainnya untuk dikunjungi, aku rasa harga tersebut masih relevan. Siang itu kami akan memilih menginap di daerah Thamel yang memang terkenal sebagai kawasan turis.
Setelah meletakkan ransel, maka kami akan langsung mengeksplor Kathmandu semaksimal mungkin. Mengunjungi kuil-kuil yang jumlahnya tersebar banyak disana. Salah satunya adalah Boudhanath Stupa, stupa besar yang dibangun oleh para penganut ajaran Buddha dari Tibet. Kemudian Pshupatinath Temple yang merupakan kuil bagi umat Hindu untuk berdoa kepada Lord Shiva. Disana aku penasaran ingin bertemu langsung dengan para Holymen. Kalau sempat juga ingin aku mengunjungi Swayambunath Temple, sebuah kuil untuk umat yang beragama Buddha, untuk melihat pemandangan kota Kathmandu dengan bangunannya yang berwarna-warni.
Sebagai penutup perjalanan, kami akan mengunjungi Durbar Square. Salah satu tempat wajib kunjung jika sedang berada di Kathmandu. Disana terdapat istana para raja yang dulu pernah berkuasa di Nepal dan beberapa kuil tua yang berumur ratusan tahun. Tempat itu terkenal ramai dengan turis asing maupun masyarakat lokal yang datang untuk berdoa di kuil. Yang menarik dari Durbar Square ini adalah karena di tempat inilah seorang Kumari tinggal. Kumari adalah seorang gadis kecil yang dianggap sebagai reinkarnasi Dewi Hindu yang bernama Durga. Menurut kepercayaan disana, kalau bisa melihat Kumari walau hanya beberapa detik, bisa mendatangkan keberuntungan. Makanya banyak orang yang berkumpul di bawah jendela sang Kumari dengan harapan bisa melihatnya walau hanya sesaat.
Kami juga pastinya ingin menghabiskan malam terakhir disana dengan mengeksplor hidangan khas Nepal. Sekalian belanja oleh-oleh juga tentunya.
Durbar Square, Kathmandu
(Sumber foto: en.wikipedia.org)
Hari Kelima, Hari Terakhir
Hari ini kami akan bersiap pulang kembali ke Indonesia. Jika waktunya masih sempat, paginya kami akan berkeliling sekitar penginapan untuk jalan-jalan sekalian membeli keperluan oleh-oleh yang belum sempat dibeli di hari keempat. Aku pun ingin membeli beberapa kartu pos untuk dikirimkan kepada keluarga dan sahabat di Indonesia sebagai kenang-kenangan. Setelahnya kami akan bersiap-siap pulang menuju bandara dengan meninggalkan banyak kenangan di negeri penuh petualangan tersebut.
Wuahh.. Impian ini rasanya ingin benar-benar bisa terwujud. Ya semoga saja keberuntungan mendatangiku dan membuat tulisan ini bukan sekedar menjadi khayalan dan cita-cita, melainkan benar-benar bisa menjadi kenyataan. Semoga.
AirAsia bisa saja mewujudkan impianku dan mengubah hidupku. Bagaimana dengan kalian?
Setiap mimpi besar selalu diawali dari satu langkah nyata kecil dulu
-Yuanita Handoko, Agustus 2014
Cheers,
*Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog “Bagaimana AirAsia Mengubah Hidupmu?” dalam rangka 10 tahun AirAsia Indonesia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar