Sabtu, 08 Agustus 2015

Imlekan di Petak Sembilan



Akhirnya kutulis juga cerita ku yang terjadi di saat imlek kemarin. Maaf ya kalau sudah basi kawan. Jadi, tanggal 19 Februari 2015 lalu, aku dan Maikel keliling petak sembilan untuk ikut menyaksikan kemeriahan tahun baru Cina di Glodok. Di pusatnya pecinan di Jakarta. Aku penasaran ingin melihat wihara Dharma Bhakti yang terkenal di daerah situ, dan pastinya kemeriahan itu akan memuncak saat hari raya sin cia. Aku mesti menunggu sejam lebih, sampai Maikel akhirnya tiba di stasiun kota. Itu terjadi karena karena aku dadakan ngajaknya. Sambil menunggu di AW yg ada di dalam stasiun, aku menyeruput segelas milkshake dan membaca print out referensi tentang wihara tsb dari internet. Lalu aku pindah dari dalam AW, keluar untuk duduk di pinggiran hall stasiun kota. Jam 12 pun akhirnya Maikel dateng. Ah syukurlah, mending capek nungguin daripada keliling petak sembilan sendirian kan.

Kami langsung lanjut memutuskan ke daerah petak sembilan yang sebenernya aku sendiri persisnya ga tau di sebelah mana. Berbekal informasi dari pak polisi, kami diarahkan untuk berjalan kaki karena letaknya cukup dekat dari stasiun. Kalau mau naik angkot juga bisa, tapi kami pikir dekat ini ya sudah jalan kaki saja. Hari itu hujan ketika aku sedang menunggu Maikel dan masih juga hujan saat kami keluar dari stasiun. Untung aku bawa payung. Jadi ga basah-basah amat. Kami ngobrol sepanjang perjalanan tentang banyak hal. Dan akhirnya tiba di depan halte Glodok. Nah patokannya kalo ada yang mau ke wihara itu adalah warung nasi padang yang ada di depan halte. Persis di depan halte, ada gang kecil, dan disampingnya ada warung nasi padang, nah masuk aja deh ke gang itu. Kami awalnya ragu, tapi setelah masuk dan melihat sisi kanan kiri gang yang suasananya oriental banget dan banyak orang orang lalang seperti dari wihara, kami jadi yakin bahwa inilah gang masuknya. Setelah masuk lurus, kami dihadapkan pada pertigaan. Nah, kami lihat di sebelah kiri banyak pedagang bunga dan bau hio sudah sangat tercium dari jauh. Kami jalan ke sebelah kiri dan masuk ke pintu kecil yang mengarah langsung ke depan pintu wihara.

Ini dia gang masuk menuju wihara Dharma Bhakti

Disana sudah ada kru dari tv one dan metro tv yang siap melaporkan mengenai jalannya ibadah siang hari itu. Aku juga melihat Robert Harianto, si penyiar metro tv itu, sedang siap-siap melakukan reportase. Wah seneng deh bisa liat langsung. Dan di kepala langsung muncul ide pengen foto dengan sosoknya ada di belakangku. Hahaha.. Tolong nanti di fotoin yang cakep ya Mike. XDD

 Lilin-lilin besar yang ada di pintu masuk wihara

 Kru metro tv sedang bersiap-siap meliput

Kru dari tv one sedang melakukan reportase langsung dari TKP

Kembali ke cerita tentang wihara, di halaman wihara Dharma Bhakti terdapat tungku pembakaran hio yang cukup besar. Karena aku memakai baju bernuansa merah, banyak yang menawarkan hio sebab mereka mengira aku juga mau ikut sembahyang disana. Aku dan Maikel awalnya ragu ingin masuk kedalam wihara, karena takutnya ga boleh. Jadi kami sempat cuma memandangi orang yang lalu lalang di depan pintu wihara. Aku intip dari luar, ternyata banyak kok masyarakat umum yang ambil gambar disana. Kalangan umum memang dipersilahkan memfoto selama tidak menggangu jalannya ibadah. Banyak fotografer pro maupun amatiran ikut mengabadikan momen tersebut, lintas agama dan ras.


Suasana siang itu begitu ramai dengan pengunjung yang mau beribadah

Kami pun ikut masuk juga akhirnya. Aroma hio benar-benar terasa hingga menusuk hidung. Orang-orang beribadah dengan khusuk, memberi penghormatan kepada dewa dan menaikkan ucapan syukur sambil berdoa  kepada Tuhan. Aku baru kali ini masuk langsung ke wihara, jadi dapet pengalaman baru yang berkesan. Bangunannya sendiri bentuknya kaya huruf U terbalik. Jadi dari pintu depan itu nanti ada pintu kecil di samping kiri. Kami keluar lewat pintu kecil itu. Kemudian berjalan memutar ke belakang dan keluar lagi lewar pintu samping di sebelah kanan. Di sisi luar wihara itu, kami liat banyak patung dewa. Umat beribadah dari satu dewa ke dewa lain. Ada juga tungku berbentuk pagoda untuk membakar kertas sembahyang di salah satu pojokan di gedung tersebut. Kami juga melihat banyak banget lilin-lilin merah berbagai ukuran. Ada yang kecil, sedang, sampai yang jumbo. Kami keliling sampai 2 kali, sampai mata kami keperihan. Selesai dari situ kami keluar melewati 2 wihara yang masih satu kompleks dengan wihara Dharma Bakti.

 Begitu masuk, kita akan disambut oleh patung dewa ini


 Ada bule juga yang ikutan sembahyang lho



 Para umat yang sedang beribadah dengan khusyuk

 Stock hio yang disediakan guna keperluan umat beribadah

 Lilin-lilin yang terletak di sisi samping bangunan


 Nuansa merah yang dominan dan amat cantik

Maikel juga asik selfian


 Jeruk persembahan

 Kirei na..

 Patung Dewa yang ada di sisi luar bangunan

 Tungku berbentuk pagoda untuk membakar kertas sembahyang

 Patung dewa-dewa yang berada di dalam wihara

Tungku pembakaran hio yang terletak di halaman wihara


 Hari itu, di sekitaran wihara juga dipenuhi oleh para peminta sedekah

 Wihara lain yang juga berada satu kompleks dengan wihara Dharma Bhakti


Demikianlah perjalanan kami keliling wihara Dharma Bhakti di hari imlek itu. Aku begitu terkesan melihat bangunan yang sudah berdiri sejak 400 tahun silam itu. Tidak lama selang beberapa hari setelah aku kesana, aku dengar dari berita di tv bahwa wihara Dharma Bhakti terbakar. Kabarnya disebabkan karena dupa yang jatuh. Semoga wihara dapat cepat berbenah kembali dan diberikan kemudahan oleh Tuhan dalam proses recovery. Karena wihara Dharma Bhakti yang merupakan salah satu wihara tertua di Jakarta tersebut, adalah warisan budaya yang amat berharga.


Bonus: koko yang satu ini emang aslinya ganteng banget ^0^



Love,

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...